Djawanews.com – Universitas Gadjah Mada (UGM) membantah tuduhan bahwa ijazah dan skripsi Presiden Joko Widodo (Jokowi) adalah palsu. Klarifikasi ini disampaikan menanggapi pernyataan Rismon Hasiholan Sianipar, mantan dosen Universitas Mataram, yang meragukan keaslian dokumen akademik Jokowi dengan alasan penggunaan font Times New Roman pada sampul skripsi.
Rektor UGM Prof. Ova Emilia menegaskan data menunjukkan bahwa memang benar Jokowi merupakan lulusan UGM.
"Atas data dan informasi yang kami miliki, dan terdokumentasi dengan baik, kami meyakini mengenai keaslian ijazah sarjana (S1) Ir. Joko Widodo dan yang bersangkutan memang lulusan Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada," ujar Ova Emilia di rilis UGM Selasa 11 April lalu.
Presiden Jokowi, kata Ova, tercatat sebagai alumni Prodi S1 di Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada angkatan tahun 1980.
"Dinyatakan lulus UGM tahun 1985 sesuai ketentuan dan bukti kelulusan berdasarkan dokumen yang kami miliki," ujar dia.
Menurut Ova, klarifikasi ia sampaikan sebagai bentuk tanggung jawab UGM sebagai institusi penyelenggara pendidikan tinggi kepada para alumni nya.
"Tanggung jawab kami untuk memberikan klarifikasi kepada publik. Jadi artinya bukan karena yang dipertanyakan adalah orang nomor satu, bukan itu. Misalnya, ada alumni yang ingin diverifikasi ya kami juga akan melakukan langkah verifikasi sesuai dengan proporsi nya," kata dia.
Sementara itu terkait format tulisan pada ijazah Jokowi yang dinilai berbeda dengan ijazah alumnus UGM lainnya, Ova menjelaskan bahwa kala itu memang belum ada penyeragaman format dan masih menggunakan tulisan halus.
"Menggunakan tulis halus dan sepertinya memang waktu itu belum sampai ada penyeragaman, misalnya, kalau sekarang di Dikti itu ada formatnya khusus sehingga kadang-kadang memang ada perbedaan antara satu dengan yang lainnya. Tapi kami tetap mempunyai dokumen arsip dari itu," tutur dia
Dekan Fakultas Kehutanan UGM Sigit Sunarta juga mengonfirmasi bahwa ijazah Joko Widodo telah sesuai dengan format ijazah dari Fakultas Kehutanan UGM pada waktu itu.
"Kami sudah mencoba melihat format ijazah yang diterima Bapak Jokowi dengan teman satu angkatan yang lulus pada waktu bersamaan, persis format Fakultas Kehutanan dengan tulisan tangan halus. Untuk fakultas lain kami tidak mengetahui secara pasti, tapi di Fakultas Kehutanan seragam seperti itu," ujar Sigit Sunarta.
Menanggapi isu penggunaan font Times New Roman, Sigit menjelaskan bahwa di tahun 1980-an hingga 1990-an, mahasiswa UGM sudah umum menggunakan font tersebut atau jenis huruf yang serupa, terutama untuk mencetak sampul dan lembar pengesahan di tempat percetakan sekitar kampus.
“Fakta adanya mesin percetakan di Sanur dan Prima juga seharusnya diketahui yang bersangkutan karena yang bersangkutan juga kuliah di UGM,” tegasnya.
Ia juga menegaskan bahwa seluruh isi skripsi Joko Widodo yang setebal 91 halaman diketik menggunakan mesin ketik, sementara sampul dan lembar pengesahan dicetak di percetakan, sebagaimana praktik umum mahasiswa pada saat itu.
Ketua Senat Fakultas Kehutanan UGM San Afri Awang turut membantah tuduhan tersebut dan berbagi pengalamannya.
“Saya masih ingat waktu saya buat cover (skripsi), lari ke Prima. Di zaman itu sudah ada tempat cetak sampul yang terkenal, Prima dan Sanur,” katanya.
Ia juga menyebut bahwa jasa pengetikan menggunakan komputer IBM PC sudah tersedia di sekitar UGM pada masa itu.
Terkait nomor seri ijazah yang disebut berbeda dari format standar, Sigit menegaskan bahwa pada saat itu, Fakultas Kehutanan UGM memiliki kebijakan sendiri dalam sistem penomoran ijazah.
“Nomor tersebut berdasarkan urutan nomor induk mahasiswa yang diluluskan dan ditambahkan FKT, singkatan dari nama fakultas,” jelasnya.
Frono Siwo, teman seangkatan Jokowi di Fakultas Kehutanan UGM, membenarkan bahwa format ijazah mereka sama, termasuk tanda tangan Rektor Prof. T Jacob dan Dekan Prof. Soenardi Prawirohatmodjo.
“Ijazah saya bisa dibandingkan dengan ijazahnya Pak Jokowi. Semua sama kecuali nomor kelulusan,” ujarnya.
Frono juga mengenang sosok Jokowi sebagai mahasiswa yang pendiam, tetapi humoris saat berkumpul dengan teman-temannya.
“Pak Jokowi orangnya pendiam, tapi kalau ngobrol selalu kocak, apa yang jadi pembicaraan selalu mengundang tawa,” kenangnya.
Selain itu, ia membenarkan bahwa Jokowi hobi mendaki gunung dan sempat bekerja bersamanya di PT Kertas Kraft Aceh (Persero) setelah lulus. Namun, mantan gubernur Jakarta itu hanya bekerja dua tahun karena istrinya, Iriana Jokowi, tidak betah tinggal di tengah hutan pinus di Aceh Tengah.
Guru Besar Hukum Pidana UGM, Marcus Priyo Gunarto, menilai tuduhan terhadap Jokowi harus didukung bukti hukum yang jelas.
Marcus menekankan bahwa dokumen akademik mantan wali kota Solo itu memiliki banyak data pendukung di Fakultas Kehutanan UGM, termasuk catatan kuliah, ujian, dan yudisium.
“Yang bersangkutan pernah wisuda dan ada berita acara yang menunjukkan peristiwa tersebut, maka ijazah memang pernah ada,” katanya.
Ia juga tegas menolak tuduhan bahwa UGM melindungi Jokowi dalam kasus ini. Dengan berbagai bukti yang ada, UGM menegaskan bahwa tuduhan pemalsuan ijazah dan skripsi Jokowi tidak berdasar dan menyesatkan.