Djawanews.com – Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump mempercayakan jabatan menteri pertahanan kepada pembawa acara Fox News Channel Pete Hegseth.
"Pete tangguh, cerdas, dan benar-benar percaya pada America First," kata Trump dalam sebuah pernyataan, dikutip Reuters, Rabu 13 November.
"Dengan Pete di pucuk pimpinan, musuh-musuh Amerika menjadi waspada. Militer kita akan hebat lagi, dan Amerika tidak akan pernah mundur," tambahnya.
Hegseth adalah veteran Garda Nasional Angkatan Darat yang pernah bertugas di Afghanistan, Irak, dan Teluk Guantanamo, Kuba.
Menurut pengakuannya, ia meninggalkan Angkatan Darat pada tahun 2021 setelah dianggap sebagai ekstremis oleh Angkatan Darat yang tidak menginginkannya lagi.
"Perasaan itu saling berbalasan, saya juga tidak menginginkan Angkatan Darat ini lagi," kata Hegseth dalam bukunya "The War on Warriors: Behind the Betrayal of the Men Who Keep Us Free".
Sebelum penunjukan ini, kecemasan sudah melanda Pentagon yang diselimuti ketakutan akan disingkirkan Trump. Hal ini juga dikuatkan dengan anggapan Trump soal perwira militer dan pegawai negeri sipil karier yang dinilai tidak setia.
Salah satu pemicu pemecatan yang akan dilakukan Trump adalah isu perang budaya.
Trump sempat ditanya oleh Fox News pada bulan Juni apakah ia akan memecat para jenderal yang digambarkan sebagai "woke," sebuah istilah bagi mereka yang berfokus pada keadilan rasial dan sosial tetapi digunakan oleh kaum konservatif untuk meremehkan kebijakan progresif.
"Pada tingkat dasar, apakah kita benar-benar menginginkan hanya rekrutan 'beragam' yang terbangun yang dikurasi oleh pemerintahan Biden untuk menjadi orang-orang yang memiliki senjata dan pedoman?" tulis Hegseth dalam "The War on Warriors," yang diterbitkan pada bulan Juni.
"Kami ingin para rekrutan yang beragam itu, yang disuntik vaksin dan bahkan ideologi yang lebih beracun untuk berbagi tempat tidur pelatihan dasar dengan orang Amerika yang waras," katanya.
Diketahui, mantan jenderal AS dan menteri pertahanan Trump termasuk di antara para pengkritiknya yang paling keras, dengan beberapa menyatakan dia tidak layak untuk menjabat.
Trump telah menyarankan bahwa mantan ketua Kepala Staf Gabungannya, Mark Milley, dapat dieksekusi karena pengkhianatan.