Djawanews.com – Sebanyak 133 kardinal elektor telah tiba di Roma untuk mengikuti konklaf pemilihan Paus baru, demikian dikonfirmasi Vatikan pada Senin, 5 Mei. Proses pemilihan akan digelar di Kapel Sistina mulai Rabu sore waktu setempat, melansir Reuters 6 Mei.
Konklaf akan diikuti seluruh kardinal di bawah usia 80 tahun untuk memilih penerus Paus Fransiskus yang wafat pada 21 April lalu. Proses ini biasanya berlangsung beberapa hari dengan serangkaian pemungutan suara hingga salah satu kandidat meraih dukungan minimal dua pertiga suara.
Beberapa kardinal akan mencari Paus yang melanjutkan terobosan mendiang Paus Fransiskus yang transparan dan ramah. Sementara yang lain mencari Paus yang lebih tradisional dan mengutamakan doktrin.
Para kardinal Katolik di seluruh dunia telah bertemu hampir setiap hari sejak sehari setelah Paus Fransiskus wafat pada tanggal 21 April untuk membahas keadaan Gereja yang beranggotakan 1,4 miliar orang, dengan jumlah mereka yang berpartisipasi secara bertahap bertambah.
Vatikan mengatakan 180 kardinal, termasuk 132 elektor, mengambil bagian dalam pertemuan pada Senin pagi. Elektor ke-133 juga berada di Roma, tetapi tidak mengambil bagian dalam diskusi.
Dua kardinal, satu dari Spanyol dan satu dari Kenya, tidak akan bergabung dalam konklaf karena alasan kesehatan, kata Vatikan.
Di antara pertanyaan yang diajukan pada Hari Senin adalah "kekhawatiran yang kuat" tentang perpecahan dalam Gereja, kata juru bicara Vatikan, kemungkinan merujuk pada perpecahan atas keputusan Fransiskus untuk mengizinkan pemberkatan bagi pasangan sesama jenis dan untuk membuka diskusi tentang peran perempuan di Gereja.
Januari tahun lalu Paus Fransiskus menjelaskan, dokumen Vatikan mengenai pemberkatan bagi pasangan sesama jenis, mengatakan hal itu bukanlah persetujuan atas gaya hidup yang dianggap Gereja sebagai sesuatu yang berpotensi berdosa, namun bagi individu yang ingin mendekatkan diri kepada Tuhan.
Para kardinal juga membicarakan profil calon Paus masa depan, "sosok yang harus hadir, dekat, mampu menjadi jembatan dan pemandu. Seorang gembala yang dekat dengan kehidupan nyata rakyat," kata juru bicara tersebut.
Meskipun ada beberapa kardinal yang dipandang sebagai calon terdepan untuk menggantikan Paus Fransiskus, dua nama yang sering disebut adalah Kardinal Pietro Parolin dari Italia dan Kardinal Luis Antonio Tagle dari Filipina, namun banyak pemilik hak suara belum mengambil keputusan.
"Daftar saya berubah, dan saya pikir akan terus berubah selama beberapa hari ke depan," kata Kardinal Inggris Vincent Nichols, yang berpartisipasi dalam konklaf pertamanya, kepada Reuters.
"Ini adalah proses yang bagi saya masih jauh dari selesai, masih jauh dari selesai," tambahnya.
Para kardinal akan mengadakan sesi pembicaraan kedua pada Senin sore, dengan putaran terakhir diperkirakan pada Selasa. Dua wisma tamu Vatikan akan menampung para kardinal selama konklaf, saat mereka akan dilarang berhubungan dengan dunia luar.
Kardinal Jerman Walter Kasper, yang berusia 92 tahun dan tidak dapat ikut serta dalam pemungutan suara, mengatakan Ia yakin para elektor akan memilih seseorang untuk meneruskan agenda progresif Fransiskus.
"Saya yakin ada harapan yang sangat jelas. Orang-orang menginginkan seorang paus untuk mengikuti Fransiskus. Seorang Paus yang mengerti bahasa hati, yang tidak menutup diri di istana," kata Kardinal Kasper kepada surat kabar La Stampa.
"Tentu saja, ada juga kardinal yang mengharapkan perubahan arah sehubungan dengan Fransiskus. Namun kesan saya adalah, mayoritas kardinal mendukung keberlanjutan," tambahnya.