Djawanews.com – Youtube hapus 1 juta video karena menampilkan misinformasi COVID-19 yang membahayakan sejak 2020. Chief Product Officer YouTube, Neal Mahon membagikan statistik dalam postingan blog yang menguraikan bagaimana pendekatan yang diambil.
"Misinformasi telah berpindah dari marginal ke mainstream," kata Mahon.
"Tidak lagi terbatas pada dunia tertutup dari para penyangkal Holocaust atau kebenaran 9-11, sekarang meluas ke setiap aspek masyarakat, terkadang merobek komunitas dengan kecepatan tinggi," sambungnya.
Kendati demikian, para eksekutif YouTube juga berpendapat bahwa "konten buruk" hanya menyumbang sebagian kecil dari keseluruhan konten di platform berbagi video tersebut.
Konten-konten buruk yang ada hanya mewakili sebagian kecil dari miliaran video di YouTube. Ia menyebutkan, sekitar 0,16 hingga 0,18 persen dari total penayangan adalah konten yang melanggar kebijakan mereka.
Mahon menambahkan, YouTube juga menghapus hampir 10 juta video pada setiap kuartal, yang sebagian besar bahkan tidak mencapai 10 kali dilihat. Facebook juga baru-baru ini mengeluarkan laporan serupa tentang misinformasi Covid-19 di platformnya. Hal itu diungkapnya dalam Community Standards Enforcement Report untuk kuartal kedua 2021.
Baik Facebook dan YouTube, keduanya berada di bawah pengawasan khusus atas kebijakan mereka seputar misinformasi kesehatan selama pandemi. Kedua platform memiliki lebih dari satu miliar pengguna, yang berarti bahwa bahkan sebagian kecil konten dapat memiliki dampak yang luas.
Meski YouTube hapus 1 juta video mengenai misinformasi COVID-19, namun perusahaan raksasa tersebut tidak menjabarkan rincian bagaimana informasi yang salah soal kesehatan dan vaksin menyebar, serta banyak pengguna yang menghadapinya.
Ingin tahu informasi mengenai teknologi lainnya? Pantau terus Djawanews dan ikuti akun Instagram milik Djawanews.