Djawanews.com – Selama pandemi virus corona, banyak inovasi dan teknologi baru dikerahkan untuk membantu menangani virus tersebut. Seperti rumah sakit di Irlandia misalnya, yang pekerjakan robot perawat. Indonesia juga melakukan hal yang sama dengan mengerahkan robot RAISA.
Teknologi tersebut dimaksudkan agar dokter dan perawat tidak terinveksi virus corona saat proses perawatan. Sayangnya, petugas kesehatan yang selama ini berjuang tetap berisiko terkena virus meski mereka menggunakan APD yang lengkap. Untuk memastikan keselamatan petugas kesehatan, para ahli membuat masker yang mampu membunuh virus.
Teknologi Baru Pembunuh Virus
Berdasarkan laporan dari Newsweek, gagasan ini datang dari Dibakar Bhattacharyya, seorang profesor insinyur kimia dan direktur Center of Membrane Sciences Universitas. Menurutnya, virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 dapat ditangkap dan dinonaktifkan oleh masker wajah antivirus yang baru.
Para ilmuan kemudian mengembangkan masker tersebut utuk menyelamatkan petugas kesehatan dari virus saat bertugas. Penelitian dilakukan dengan memanfaatkan hibah yang diberikan oleh National Science Foundation (NSF) sebesar $ 150.000.
Dalam penelitian, Bhattacharyya akan bertindak sebagai penyelidik utama dalam tim peneliti. Ia memprediksi butuh sekitar 6 bulan untuk mengembangkan sekaligus menguji masker.
“Novel coronavirus tercakup dalam lonjakan ‘s-protein’ berbentuk-klub, yang membuatnya seperti mahkota, atau penampilan koronal,” kata Bhattacharyya yang dikutip Djawanews dari Techtimes.
Masker wajah akan dilengkapi dengan enzim proteolitik yang mampu mengikat paku protein pada virus. Enzim akan memisahkan sel virus dari proteinnya lalu membunuhnya. Masker ini juga akan mengurangi jumlah partikel virus yang beredar di udara dengan menangkap Covid-19 di permukaannya.
Bhattacharyya juga mengklaim teknologi baru ini dapat melindungi pengguna terhadap sejumlah virus patogen manusia dengan memperlambat dan mencegah penyebaran virus. Pengguna juga dapat bernapas dengan mudah karena masker ini akan dibuat sangat tipis dan juga bisa berubah warna saat Covid-19 atau virus lain terdeteksi di sana.