Djawanews.com – Banyak hal yang berubah di tengah pandemi virus corona (Covid-19), mulai dari pola pekerjaan, gaya hidup, dan juga perubahan polusi udara. Beberapa negara memang dilaporkan mengalami penurunan polusi udara. Karena saat pandemi berlangsung, aktivitas manusia dibatasi, pabrik-pabrik tutup, dan kendaraan berkurang.
China misalnya, yang oleh NASA dikatakan sempat mengalami penurunan polusi udara. Bahkan penurunan polusi tidak hanya terjadi di Wuhan, namun juga di ibu kota China, Beijing. Menurut NASA, nitrogen dioksida (NO2) yang selama ini bersumber dari kendaraan bermotor, pembangkit listrik, dan fasilitas industri di China menurun, terutama pada periode 10-25 Februari 2020.
Hal yang sama terjadi di Amerika Serikat. Sebuah satelit pengawas polusi di atmosfer baru saja mengambil gambar yang menunjukkan adanya penurunan polusi. Ini terjadi di beberapa wsilayah di AS, termasuk Los Angeles, Seattle, New York, Chicago, dan Atlanta.
Bagaimana Polusi Udara di Indonesia?
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) juga mendeteksi adanya penurunan partikel halus polutan udara di atas wilayah Indonesia bagian barat. Penurunan ini diketahui dari data satelit yang dikeluarkan The Copernicus Atmosphere Monitoring Service (CAMS).
Dikutip Djawanews dari situs resmi LAPAN, berdasarkan gambar satelit, penurunan partikulat (PM10) secara umum terjadi pada bulan Maret 2020. Penurunan terjadi karena adanya penurunan aktivitas manusia, industri, dan transportasi yang terjadi di Indonesia dan negara tetangga.
Di Jambi misalnya, pada tahun sebelumnya memiliki partikulat hingga lebih dari 300 µg/m3 yang mayoritas disebabkan karena kebakaran hutan. Sedangkan saat ini menurut LAPAN berada di tinggat 20 µg/m3. Hal yang sama juga terjadi di wilayah Jawa.
Adanya penurunan polusi udara di beberapa wilayah jadi kabar yang menggembirakan di tengah pandemi. Namun, di sisi lain Covid-19 mengancam kehidupan manusia.