PLTA Musi telah beroperasi lebih dari setengah abad.
Provinsi Bengkulu memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yakni PLTA Musi yang dijadikan andalan untuk memasok kebutuhan listrik di Sumatera.
PLTA ini mampu menyuplai kebutuhan listrik dari Provinsi Bengkulu, Sumatera Selatan hingga Lampung. Listrik tersebut disalurkan melalui internoneksi jaringan transmisi 150 kv/275kv untuk wilayah di sebelah selatan maupun di utara.
Oleh karenanya, tidak heran jika PLTA Musi ini disebut sebagai objek vital di sektor kelistrikan di kawasan Sumatera.
Konstruksi PLTA Musi dirancang tahan gempa hingga 12 SR
Pembangunan PLTA Musi pertama kali dilakukan pada tahun 1965 dan menelan biaya yang sangat besar hingga Rp 1,5 triliun, kendati telah berumur lebih dari setengah abad, namun pembangkit listrik tenaga hidro ini masih tetap beroperasi hingga kini.
Selain menjadi objek vital sektor kelistrikan di Pulau Sumatera, bangunan PLTA Musi ini juga tergolong sangat unik. Pasalnya, gedung pembangkit listrik milik PLTA Musi berada 400 meter dibawah tanah.
Hal tersebut dilakukan agar bangunan PLTA ini dapat menahan guncangan gempa bumi hingga berskala 12 SR mengingat Bengkulu merupakan zona rawan bencana.
Sebagai informasi, data koefisien seismik yang dipergunakan merupakan hasil kajian yang dilakukan selama satu abad yakni sejak tahun 1900 sampai 1991.
Dari segi intake dam dan intake struktur bangunan mempunyai ketahan beban hingga 0,18 koefisien seismik horizontal (Kh). Untuk struktur terbukanya yakni tailrace outlet mencapai 0,15 Kh serta pembangkit listrik bawah tanah 0,08 Kh.
PLTA ini memiliki pembangkit listrik bertipe Run of River dengan kapasitas daya yang terpasang sebesar 3×70 MW alias 210 MW.
PLTA Musi memaksimalkan aliran Sungai Musi disebelah hulu, kemudian dibuang ke aliran Sungai Simpang Aur di sebelah hilir. PLTA ini juga mampu menghasilkan energi listrik sebesar 1.140 Giga Watt Hour (GWh) per tahun.
Sampai saat ini PLTA Musi masih menjadi pembangkit listrik tenaga hidro terbesar di Pulau Sumatera. Bahkan energi yang dihasilkan dari PLTA ini masih surplus.