Djawanews.com - Pandemi Covid-19 berpengaruh besar pada kehidupan manusia di dunia nyata. Termasuk juga di dunia maya. Hal ini diungkap dari hasil survei terbaru Digital Civility Index (DCI) yang dilakukan oleh Microsoft.
Dalam publikasinya baru-baru ini, survei itu mengungkap bahwa orang-orang kini jadi lebih tak sopan dalam berinteraksi di dunia maya.
Laporan DCI kali ini berfokus pada efek pandemi global terhadap kesopanan online. Ternyata hasilnya, mayoritas 82% responden percaya bahwa tingkat kesopanan online kian memburuk selama pandemi Covid-19.
Kesopanan online yang memburuk ini juga terlihat dari meningkatnya serangan pribadi yang diterima atau dilihat netizen.
Pada 2021, 54% responden mengaku telah mengalami atau menyaksikan serangan atau komentar negatif di internet. Angka ini naik tipis dari tahun 2020 sebesar 53%.
Sementara tingkat toleransi dunia online ikut memburuk selama pandemi setahun terakhir ini. Sebanyak 59% responden percaya bahwa orang-orang jadi kurang toleran di internet. Pandemi juga membuat netizen rajin melampiaskan rasa frustasi mereka secara online kata 67% responden.
Hasil lain dari survei ini menyebut bahwa rasa kebersamaan dalam komunitas menurun dari 62% tahun 2020 menjadi 50% tahun ini.
Penyebaran Misinformasi Menurun
Namun kabar baiknya, penyebaran misinformasi menurun. Informasi yang salah dan menyesatkan menurun jadi 60% tahun ini, ketimbang tahun sebelumnya setinggi 67%. Demikian halnya dengan orang yang egois di internet juga ikut menurun.
Sejalan dengan itu, Microsoft juga merilis laporan DCI soal kesopanan netizen di berbagai negara, termasuk dari Indonesia, selama enam tahun terakhir. Pada laporannya awal tahun 2021, Microsoft sempat membuat heboh netizen Indonesia karena menyebut tingkat kesopanan netizen Indonesia paling buruk se-Asia Tenggara.
Riset itu menyebutkan netizen Indonesia menempati urutan terbawah se-Asia Tenggara, alias paling tidak sopan. Tingkat kesopanan netizen Indonesia memburuk delapan poin ke angka 76. Padahal, semakin tinggi angkanya tingkat kesopanan semakin buruk.
Menurut riset Microsoft, ada tiga faktor yang memengaruhi risiko kesopanan di Indonesia. Paling tinggi adalah hoaks dan penipuan yang naik 13 poin ke angka 47%.
Kemudian faktor ujaran kebencian naik 5 poin, menjadi 27%. Ketiga adalah diskriminasi sebesar 13%, yang turun sebanyak 2 poin dibanding tahun lalu.
Sementara itu, selama pandemi, empat dari 10 responden mengaku tingkat kesopanan digital di Indonesia membaik. Hal itu didorong oleh rasa kebersamaan yang lebih besar di saat pandemi dan melihat warganet saling tolong-menolong secara online.