Djawanews.com – Google membuka akses Bard, sebuah platform chatbot dengan kecerdasan buatan (AI) terbaru untuk menyaingi ChatGPT. Mulai Selasa (21/3) lalu pengguna dapat bergabung untuk bisa mengakses Bard.
Platform itu diklaim berguna untuk membantu membuat dan menulis esai, merencanakan baby shower, hingga memberi ide makan siang berdasarkan apa yang ada di kulkas.
Seorang perwakilan perusahaan mengatakan bahwa Bard akan menjadi pengalaman terpisah yang melengkapi Google Search.
Pengguna juga dapat mengunjungi mesin pencari Google untuk memeriksa respons atau sumber dari artikel.
Dalam sebuah unggahan blog-nya, Google mengaku tengah berencana serius untuk menambahkan model bahasa demi pengembangan platform Bard.
Rencananya, Google bakal merilis platform tersebut di Amerika Serikat dan Inggris. Ke depan, mereka juga berencana memperluasnya ke lebih banyak negara dan bahasa.
Kabar tersebut muncul saat Google, Microsoft, Facebook, dan perusahaan teknologi lainnya berlomba-lomba untuk mengembangkan dan menerapkan platform chatbot disertai AI setelah kesuksesan ChatGPT yang viral baru-baru ini .
Pekan lalu, Google juga mengumumkan telah membawa AI ke alat produktivitasnya, termasuk Google Mail, Google Docs, dan Google Sheets. Hal yang sama juga dilakukan oleh Microsoft.
Google meluncurkan Bard pada bulan lalu. Dalam peluncurannya, demonstrasi yang dilakukan justru memberikan jawaban tidak akurat saat ditanya soal teleskop.
Imbas 'ngaconya' jawaban itu, saham perusahaan induk Google Alphabet turun 7,7 persen dan merugi senilai US$100 miliar dari nilai pasarnya.
Seperti ChatGPT yang dirilis ke publik pada akhir November oleh perusahaan riset AI OpenAI, Bard dibuat atas model bahasa yang besar. Model-model ini dilatih tentang kumpulan data online yang sangat banyak untuk menghasilkan respons terhadap permintaan pengguna.
Perhatian besar pada ChatGPT dilaporkan membuat manajemen Google terdorong untuk menyatakan situasi 'kode merah' untuk bisnis pencariannya.
Namun, kesalahan Bard saat peluncuran menyoroti tantangan yang dihadapi Google dan perusahaan lain dalam mengintegrasikan teknologi ke dalam produk inti mereka.
Model bahasa yang besar dapat menghadirkan beberapa masalah, seperti melanggengkan bias, salah secara faktual, dan merespons dengan cara yang agresif.
Namun demikian, Google mengaku bakal terus memanfaatkan umpan balik dari pengguna untuk meningkatkan dan memperbaiki sistem yang telah ada.
Pada pekan lalu, OpenAI merilis GPT-4 dan browser Bing baru Microsoft dengan perlindungan serupa. Pada hari pertama setelah diluncurkan, GPT-4 mengejutkan banyak pengguna dalam pengujian awal dan demo perusahaan dengan kemampuannya untuk menyusun tuntutan hukum, lulus ujian standar, dan membangun situs web dari sketsa yang digambar tangan.
Dapatkan warta harian terbaru lainya dengan mengikuti portal berita Djawanews dan akun Instagram Djawanews.