Djawanews.com – Tim peneliti mengungkapkan efek AI (kecerdasan buatan) mampu mengerjakan pekerjaan sehari-hari di rumah seperti memasak hingga mengurus anak akan menjadi lebih mudah dalam 10 tahun ke depan.
Saat ini pekerjaan rumah yang baru bisa diautomatisasi di antaranya berbelanja rumah tangga. Secara rata-rata para ahli memperkirakan waktu yang dipangkas hampir 60 persen dari pada harus belanja ke luar rumah sendiri.
Sementara, banyak responden penelitian yang mengaku kerap menghabiskan waktu mengasuh anak secara fisik. Saat ini hanya memangkas waktu 21 persen dengan teknologi yang ada.
Peneliti postdoctoral dari Oxford Internet Institute Lulu Shi mengatakan penelitian ini menunjukkan sebanyak 39 persen waktu yang dihabiskan di rumah sebetulnya bisa dialihkan dengan automatisasi, salah satunya karena AI.
"Namun, tingkat otomatisasi sangat bervariasi di berbagai jenis pekerjaan. Hanya 28 persen pekerjaan pengasuhan, termasuk kegiatan seperti mengajari anak Anda, menemani anak Anda, atau merawat anggota keluarga yang lebih tua, yang diprediksi akan diautomatisasi," kata dia dikutp dari situs resmi Oxford.
Sementara, lanjut dia, 44 persen pekerjaan rumah tangga termasuk memasak, membersihkan rumah dan berbelanja diperkirakan akan dapat diotomatisasi dalam satu dekade mendatang.
Temuan ini didasarkan pada tanggapan para ahli AI di Inggris dan Jepang, ketika ditanya tentang perbedaan apa yang akan terjadi pada otomatisasi terhadap pekerjaan rumah tangga dan pekerjaan tak berbayar lainnya.
Para peneliti menemukan perkiraan tersebut dipengaruhi oleh latar belakang pribadi para ahli.
Di samping itu profesor di bidang AI dan kemasyarakatan di Oxford Internet Institut Ekaterina Hertog mengatakan telah menemukan perbedaan ekspektasi para ahli pria dan wanita tentang otomatisasi pekerjaan rumah tangga.
Hal ini berpotensi mencerminkan perbedaan dalam pengalaman hidup dengan teknologi, serta keterlibatan mereka dalam pekerjaan rumah tangga.
"Kami menemukan para ahli pria dan wanita memiliki ekspektasi yang berbeda tentang otomatisasi pekerjaan rumah tangga, yang berpotensi mencerminkan perbedaan dalam pengalaman hidup mereka," ujarnya.
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa tenaga ahli pria di Inggris cenderung lebih optimis tentang automatisasi pekerjaan rumah tangga dibandingkan dengan tenaga ahli wanita.
Hal ini tentunya sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan pria cenderung lebih optimis terhadap teknologi dibandingkan wanita.
Namun fakta tersebut berbanding terbalik dengan para ahli pria dan wanita di Jepang. Peneliti menduga ada perbedaan gender di Jepang dalam melaksanakan tugas-tugas rumah tangga sehingga berpengaruh dalam hasil penelitian otomatisasi rumah tangga.
Menurut penelitian tersebut, tingkat optimisme secara umum terkait automatisasi rumah tangga bervariasi di setiap negara.
Rata-rata, para ahli yang berbasis di Inggris berpikir automatisasi dapat mengurangi waktu kerja rumah tangga hingga 42 persen, sedangkan responden di Jepang hanya menorehkan angka 36 persen.
Para penulis berpendapat bahwa hal ini mungkin disebabkan karena teknologi lebih banyak dikaitkan dengan penggantian tenaga kerja di Inggris. Sementara itu, di Jepang, teknologi pintar baru diharapkan dapat bekerja bersama manusia, bukan menggantikannya.
Dapatkan warta harian terbaru lainya dengan mengikuti portal berita Djawanews dan akun Instagram Djawanews.