Djawanews.com – Belum lama ini China dikabarkan berhasil menciptakan matahari buatan bertenaga nuklir. Matahari artifisial disebut mampu menghasilkan energi dalam jumlah sangat besar. Lalu, apakah Indonesia tak tertarik mengembangkannya juga?
Kepala Pusat Teknologi dan Keselamatan Reaktor Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Dhandang Purwadhi mengungkapkan bahwa Indonesia punya kendala tersendiri. Dilansir dari CNN Indonesia, kendala pertama adalah pendanaan mengingat riset reaktor fusi nuklir sangat besar. Biaya yang dibutuhkan sekitar US$ 22,5 miliar atau sekitar Rp310 triliun. Di sisi lain BATAN hanya mendapatkan pendanaan tak sampai Rp1 triliun pertahunnya.
Selain itu kendala lainnya adalan SDP peneliti dan komponen yang dibutuhkan untuk membangun fusi nuklir. Di Indonesia, SDM yang berkompetensi di bidang nuklir ada namun dinilai kurang untuk riset reaktor fusi.
Kendala itu bisa diatasi dengan melakukan pendidikan dan pelatihan reaktor fusi. Selain itu pihaknya juga meminta Badan Tenaga Atom Internasional agar mau membantu mendongkrak kompetensi peneliti di Indonesia.
Dhandang juga mengungkapkan bahwa BATAN tak punya topik untuk mengembangkan atau melakukan penelitian reaktor fusi karena tak ada dalam Prioritas Riset Nasional (PRN). Meski begitu bukan tak mungkin penelitian semacam itu dilakukan oleh individu atau lembaga di RI.
Selain informasi terkait matahari buatan, dapatkan berita teknologi dan sains dengan mengunjungi situs resmi Warta Harian Nasional Djawanews. Anda juga bisa mengikuti kami melalui akun media sosial Instagram @djawanewscom dan melalui aplikasi Babe. Hubungi kami untuk membagikan foto, video, artikel, dan berita lainnya.