Permintaan garam industri yang cukup tinggi untuk pemenuhan bahan baku industri makanan, kosmetik, dan plastik masih menjadi perhatian pemerintah. Permasalahan tersebut sampai saat ini masih diatasi dengan impor garam dari luar.
BPPT bersama PT garam baru-baru ini mengembangkan teknologi yang bisa meningkat produksi garam dalam negeri.Masalah impor garam masih menjadi fokus pemerintah.
BPPT Bangun Teknologi Baru Tekan Impor Garam
BPPT belum lama ini melalui Pusat Teknologi Sumber Daya Energi dan Industri Kimia (PTSEIK) melaksankan Kick off Meeting Inovasi Teknologi Pilot Project Garam Terintegrasi Tahun Anggaran 2020, di Ruang Rapat PTSEIK , Puspiptek, Tangsel, Jumat (17/01).
Dilansir dri Okezone.com, dalam acara tersebut Eniya L. Dewi selaku Deputi Kepala BPPT bidang Teknologi Informasi, Energi, dan Material, mengatakan program garam ini akan memberikan dampak signifikan terhadap produksi garam apabila teknologi ini mampu dijadikan masterplan untuk semua pabrik garam di Indonesia.
“Kita tidak boleh puas dengan terbangunnya Pilot Project di Manyar, Gresik. Karena tahun ini target PTSEIK adalah garam industri juga. Maka saya ingatkan untuk mampu meningkatkan spesifikasi peralatan yang ada, apalagi tahun ini tim dari material dan polimer akan bergabung. Saya kira ini bisa menemukan solusi untuk masalah korosi di peralatan,” terang Eniya.
Proyek dari teknologi baru tersebut telah dimulai pertengahan Desember tahun 2019, ketika BPPT bersama PT Garam baru melakukan Komisioning Pilot Project Garam Industri Terintegrasi Kapasitas 40.000 Ton/tahun di Manyar, Gresik, Jawa Timur. Pabrik ini diperkirakan akan meningkatkan kualitas produk garam lokal dari NaCl 88 persen menjadi garam industri dengan NaCl sebesar 98 persen.