Sebentar lagi, astronot Indonesia siap menjelajahi angkasa luar. Kesempatan ini didapatkan dari kerja sama yang sedang diupayakan Indonesia dengan Badan Antariksa Negara Rusia Roscosmos.
Kabar kerja sama ini dilaporkan oleh Direktur Jenderal Roscosmos Dmitry Rogozin sebagaimana dilaporkan RIA Novosti di awal tahun 2020. Tidak hanya dengan Indonesia, Roscosmos juga sedang berunding dengan negara lain.
“Kami telah memulai negosiasi dengan negara-negara seperti Turki, Indonesia, membelanjakan karena mereka 44 meluncurkan kosmonot mereka sendiri. Mereka ingin bekerja sama dengan Roscosmos,” ungkap Rogozin dalam sebuah wawancara dengan televisi Rossiya 24 , dan dari RIA Novosti , Sabtu (4/1/2020).
Sejarah Astronot Indonesia
Sebelumnya, Rusia juga sempat mengatakan bahwa pihaknya siap mengirim astronot dari Turki dan Hungaria ke luar angkasa pada tahun 2024. Bahkan, seorang delegasi dari Hungaria ikut menghadiri pertemuan tingkat menteri Badan Antariksa Eropa.
Pertemuan tersebut membicarakan pelibatan negara Hungaria dengan Roscosmos mengenai kemungkinan pengiriman astronotnya ke Stasiun Luar Angkasa Internasional pada tahun 2024. Saat ini, Roscosmos mengoperasikan Roket Soyuz, roket satu-satunya yang dapat mengangkut astronot ke ISS.
Sedangkan pada bulan Oktober sebelumnya, Direktur Jenderal Roscosmos Dmitry Rogozin juga mengadakan pertemuan dengan Duta Besar Turki untuk Rusia. Kedua belah pihak membahas prospek kerja sama bilateral Rusia-Turki dalam eksplorasi luar angkasa.
Rogozin menyatakan bahwa pihaknya siap memberikan pelatihan khusus untuk kemudian meluncurkan astronot Turki ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) pada tahun 2023.
Indonesia sebenarnya pernah memiliki dua calon astronot, salah satunya yakni Pratiwi Sudarmono. Pratiwi sendiri menjadi calon astronot wanita pertama di Asia pada 1985. Program tersebut merupakan kerjasama antara Pemerintah Indonesia dengan NASA (National Aeronautics and Space Administration), lembaga antariksa milik Amerika Serikat.
Namun, penerbangan yang seharusnya dilakukan oleh Pratiwi pada 1986 gagal karena meledaknya pesawat ulang-alik Challenger milik Amerika Serikat. Ledakan tersebut terjadi pada 28 Januari 1986. Untungnya, Pratiwi tak ada di dalam pesawat yang meledak di ketinggian sekitar 16 kilometer tersebut.
Ledakan yang dialami oleh pesawat ulang-alik Challenger memakan korban jiwa. Sebanyak 7 kru meninggal dunia. Oleh karenanya, rencana Pratiwi menjelajah angkasa dibatalkan dengan alasan keselamatan.
Terkait kerjasama Indonesia dengan Rusia, belum ada kepastian hasil perundingan final tentang kapan astronot Indonesia dapat terbang.