Djawanews.com – Baru-baru ini di media sosial Twitter heboh dengan adanya isu keamanan pada aplikasi WhatsApp. Pasalnya, aplikasi chatting milik seorang peneliti kebijakan publik dan pegiat advokasi legislasi disebut telah diretas hingga membuatnya harus berurusan dengan aparat kepolisian. Di luar fakta apakah benar-benar diretas atau tidak, Djawanews akan member gambaran beberapa aplikasi video call yang menunjang WFH sekaligus pilihan keamanannya.
Macam-macam Aplikasi Video Call dan Keamanannya
1. WhatsApp Messenger
Aplikasi ini dimiliki oleh Facebook. Aplikasi ini menyediakan fitur video call dengan jumlah peserta maksimal empat orang. Namun mereka dikabarkan akan meningkatkan jumlah kapasitas peserta video call menjadi 8 orang. WhatsApp dinilai jadi salah satu aplikasi paling aman saat ini karena setiap pesan dan panggilan suara/video dienkripsi end-to-end.
Enkripsi ini akan memastikan bahwa hanya Anda dan lawan bicara yang dapat melihat apa yang dikirim, bahkan WhatsApp sekalipun. Selama ini aplikasi ini menggunakan Protokol Sinyal Sistem Whisper Terbuka untuk mengenkripsi pesan dan panggilan.
Beberapa kabar menyebutkan bahwa protokol yang dimiliki WhatsApp adalah yang terbaik di dunia. Mereka juga berkomitmen untuk tidak menggunakan informasi akun WhatsApp untuk meningkatkan produknya atau menyediakan Iklan Facebook yang relevan seperti sekarang.
Untuk mengunduhnya, silakan klik di sini.
2. Facebook Messenger
Setelah adanya skandal Cambridge Analytica Facebook, masyarakat kadang masih khawatir dengan adanya data pengumpulan data Facebook yang melampaui batas. Namun, Facebook telag menambahkan fitur ‘Secret Conversations’.
Mereka juga menerapkan enkripsi end-to-end. Sayangnya enkripsi tidak diaktifkan secara default. Pengguna harus mengaktifkannya secara manual dengan memilih pilihan ‘Secret Conversation’ pada jendela obrolan saat mengirim pesan. Pengguna juga dapat memanfaatkan fitur penghancur pesan otomatis dalam waktu tertentu yang telah ditentukan. Untuk mengunduhnya, klik di sini.
3. Google Duo
Google sempat dikritik karena mengungkapkan informasi kepada pemerintah dan agensi. Meski demikian, langkah keamanan yang diambil Google untuk melindungi penggunanya dari penjahat cyber dan peretas patut dipuji. Mereka secara khusus membuat Google Duo untuk panggilan video dan dinilai cukup bagus.
Seperti halnya aplikasi milik Facebook, semua panggilan video dienkripsi end-to-end secara default. Tidak seorang pun, termasuk Google, dapat melacak panggilan pengguna dan mengetahui apa yang sedang dibicarakan.
Google Duo sangat mengedepankan privasi penggunanya. Aplikasi ini bahkan dapat bekerja pada jaringan yang buruk. Mereka akan secara otomatis mengurangi resolusi video untuk menjaga panggilan tetap lancar meski jaringan busuk. Untuk mengunduhnya, klik di sini.
4. SnapChat
Organisasi hak asasi manusia International sempat mengatakan bahwa Snapchat adalah platform media sosial yang tidak melakukan usaha khusus terkait privasi pengguna. Padahal aplikasi ini memiliki jutaan pengguna aktif dan sangat populer di kalangan anak muda.
Aplikasi ini memungkinkan pengguna melakukan panggilan video ke sesama Snapchatters. Pada dasarnya aplikasi ini telah memperkenalkan enkripsi end-to-end, namun dalam batasan tertentu. Pasalnya, Snapchat menggunakan kunci simetris (symmetric key) yang sama untuk mengenkripsi data. Lebih buruk lagi, kunci tersebut tertanam di dalam aplikasi, sehingga mudah diakses oleh para peretas. Untuk mengunduhnya, klik di sini.
5. Viber Messenger
Aplikasi ini tak populer di Indonesia. Padahal Viber sempat mendedikasikan dirinya untuk melindungi privasi pengguna. Melalui kebijakan, mereka menjamin bahwa mereka tidak bisa menjual informasi pribadi pengguna karena tidak memiliki akses ke obrolan pribadi dan panggilan penggunanya.
Tidak hanya menerapkan enkripsi end-to-end secara default, segala hal yang pernah dibagikan oleh pengguna melalui Viber tak pernah disimpan di server mereka. Enkripsi end-to-end Viber didasarkan pada protokol Open Whisper Systems Signal, dengan implementasi dan penambahan yang dipatenkan. Kualitas panggilan dinilai lebih baik daripada aplikasi messenger lain di kelas yang sama. Untuk mengunduhnya, klik di sini.
6. Skype
Setelah Microsoft mengakuisisi Skype, pengguna yang sadar privasi perlahan mulai menghindarinya. Mereka khawatiran Skype memberikan izin pengawasan penyadapan pihak ketiga dan pemerintah. Pengawasan bahkan dikabarkan dilakukan dengan sengaja agar lembaga penegak hukum dapat dengan mudah menguping pembicaraan siapa pun yang mereka curigai.
Skype juga baru-baru ini meluncurkan fitur “Meet Now”. Fitur baru skype itu memungkinkan pengguna baru melakukan panggilan video dan percakapan secara bersamaan tanpa mendaftar. Fitur ini juga dinilai rentan keamanannya. Untuk mengunduhnya, klik di sini.
7. IMO
Aplikasi ini juga tak populer di Indonesia, namun ada beberapa masyarakat yang menggunakan IMO. Karena aplikasi memiliki kualitas obrolan video berkualitas HD. Untuk masalah keamanan, IMO mengklaim bahwa panggilan suara/video dan pesan teksnya dienkripsi dengan teknologi SSL/TLS.
Namun, pada halaman kebijakan privasinya tak ada klaim yang mengatakan enkripsinya itu. Dari sini kecurigaan beberapa orang muncul. Selain itu IMO menyumpal aplikasinya dengan iklan dan permintaan kepada pengguna agar mereka meningkatkan layanan ke aplikasi premiumnya. Ini sangat mengganggu. Untuk mengunduhnya, klik di sini.
8. Instagram
Aplikasi ini milik Facebook. Sayangnya, Instagram tak menerapkan keamanannya seserius
WhatsApp atau Facebook Messenger sebagai aplikasi panggilan video. Mereka justru menambahkan fitur hiburan yang sesuai dengan tren saat ini. Untuk panggilan video, USP-nya sederhana.
Meski memiliki enkripsi level transportasi untuk obrolan dan panggilan suara/video, enkripsi end-to-end belum diaplikasikan ke Instagram. Facebook saat ini masih mencoba mengintegrasikan semua layanannya di masa yang akan datang. Jadi, enkripsi end-to-end kemungkinan akan diterapkan ke semua layanan. Untuk mengunduhnya, klik di sini.
9. Telegram
Aplikasi ini disebut jadi aplikasi paling rahasia di dunia. Hal itu diperkuat dengan adanya perlawanan mereka kepada pemerintah dan lembaga penegak hukum demi melindungi privasi penggunanya. Bos Telegram juga sempat mengatakan bahwa WhatsApp adalah aplikasi berbahaya karena satu dan lain hal.
Telegram menyediakan enkripsi end-to-end melalui fitur yang disebut ‘Obrolan Rahasia’. Sayangnya, pengguna harus mengaktifkannya secara manual. Mereka juga menggunakan protokol MTProto eksklusif untuk mencapai enkripsi end-to-end. Meski begitu, para ahli menyatakan skeptis terhadap kurangnya transparansi di sekitar protokol. Meski menyediakan fitur ‘Obrolan Rahasia’, enkripsi yang disediakan hanya pada level transportasi. Sedangkan kunci enkripsi disimpan langsung di server-nya dan ini dinilai bukan hal yang baik! Untuk mengunduhnya, klik di sini.
10. FaceTime
Apple telah meningkatkan privasi dan keamanan dalam perangkat dan layanannya belakangan ini secara signifikan. Apple juga pernah menolak perintah dari FBI untuk merusak sistem keamanannya sendiri untuk menyelidiki terorisme. Selain itu, ada kabar bahwa pemerintah Inggris meminta kepada Apple untuk melibatkan lembaga penegak hukum sebagai peserta yang tak terlihat dalam obrolan penggunanya. Proposal tersebut tentu ditolak Apple karena melanggar hak asasi manusia dan menciptakan risiko keamanan baru bagi pengguna.
Aplikasi video call FaceTime berbasis iOS dilindungi oleh enkripsi end-to-end sehingga hanya pengirim dan penerima yang dapat mengaksesnya. Apple sendiri tidak dapat mendekripsi data ini. Anda dapat mempercayai Apple dalam hal privasi dan keamanan pengguna. Mereka adalah trendsetter dan selalu berada di garis depan jika terkait dengan hak-hak pengguna. Untuk mengunduhnya, klik di sini.