Djawanews.com - Tayangan pertandingan voli pantai putri Olimpiade Tokyo 2020 tiba-tiba dikritik salah seorang warga Indonesia. Penonton bernama Siti Musabikha protes lantaran tayangan itu dinilai memperlihatkan para atlet perempuan yang berbikini.
Padahal, bikini erat kaitannya dengan kostum atlet voli pantai. Protes ini bikin heboh media sosial karena dia meminta TV mestinya menyensor para atlet.
"Penayangan Olympic di TV memang baik, namun untuk kategori olahraga volleyball wanita, para pemainnya menggunakan bikini dan hal ini tidak baik untuk disiarkan," tulisnya.
Dilansir dari media VOI yang menghubungi Komisioner KPI Nuning Rodiyah, kritik bikini atlet voli pantai berlebihan. Menurutnya penanyangan Olimpade sangat proporsional dan tak terjadi pelanggaran karena dalam konteks olahraga.
“Berlebihan menyikapi konteks olahraga. Kalau kategori olahraga semua clear, tidak perlu bluring, aneh kalau bluring,” sambungnya.
Bagi Nuning, yang menjadi pekerjaan rumah bagi KPI adalah mengedukasi publik agar bisa membedakan program siaran. Bila mengandung eksploitasi seperti bagian tubuh atau konten kekerasan maka perlu dikritisi.
“Kami tetap mengharapkan masyaakat kritis apabila ada tayangan eksploitasi, paha, dada, bokong itu boleh kritik. Kalau dalam konteks olahraga sebaiknya sudah sesuai apa yang digunakan atlet, masyarakat kita dorong kritis pada konteks yang tepat,” ujar Nuning.
Sebenarnya, bikini bukan pakaian wajib bagi atlet voli pantai putri di Olimpiade. Hal ini tertulis dalam panduan busana setebal 22 halaman yang dikeluarkan oleh Federasi Bola Voli Internasional (FIVB) untuk Olimpiade.
Atasan kostum tanding untuk atlet putri mencakup tank top, baju lengan pendek. Bisa juga baju lengan panjang untuk penampilan yang lebih bersahaja atau ketika beraksi dalam cuaca dingin.
Opsi untuk bawahannya sendiri terdiri dari celana pendek atau celana panjang. Atlet putri juga bisa memakai baju renang one-piece atau satu set bikini.
Tetapi, FIVB juga memberi keleluasaan bagi atlet untuk berpenampilan tertentu sesuai latar belakang budaya atau keyakinan yang dianutnya.
"Olahraga voli pantai terbuka bagi siapa saja, dan peraturan busan ini memastikan bahwa olahraga ini inklusif baik secara budaya ataupun agama," demikian bunyi pernyataan FIVB.