Ngaben adalah upacara adat Bali untuk menyucikan roh orang yang sudah meninggal. Upacara umat Hindu ini dilakukan dengan cara membakar jasad orang yang sudah meninggal tersebut. Selain menyucikan, upacara ini juga bertujuan untuk mengantarkan roh ke peristirahatan terakhir.
Ngaben merupakan Pitra Yadnya atau upacara adat di Bali yang ditujukan kepada roh leluhur. Dalam kepercayaan Hindu, api dari Ngaben merupakan lambang perwujudan Dewa Brahmana membakar segala hal negatif atau keduaniawian yang melekat pada roh orang yang meninggal.
Ngaben di Bali dilakukan dengan penuh suka cita. Mereka meyakini, roh akan terhambat menuju tempat terakhirnya jika ada tangisan dari sanak keluarga yang masih hidup. Maka tidak heran jika pelaksanaannya sangat meriah dan diikuti oleh ribuan orang.
5 Jenis Upacara Adat Bali Ngaben
Ada lima jenis tradisi upacara Ngaben di Bali yang digelar untuk menyempurnakan roh leluhur. Lima jenis ini dibedakan berdasarkan cara pelaksanaannya dan kondisi jenazah saat upacara dilangsungkan. Lima jenis tersebut adalah Sawa Wedana, Asti Wedana, Swasta, Ngelungah dan Warak Kruron.
-
Sawa Wedana, Salah Satu Upacara Adat Bali
Ngaben Sawa Wedana dilakukan saat jenazah masih utuh dan belum dikubur. Sawa Wedana biasanya dilakukan tiga hari sampai sebulan setelah meninggal. Jenazah sementara waktu akan ditempatkan di balai adat, sedangkan pihak keluarga membuat persiapan upacara pembakaran. Jenazah akan diberi ramuan khusus una memperlambat pembusukan.
Saat berada di balai adat, jenazah akan diperlakukan selayaknya orang hidup. Yaitu tetap dikirimi makanan, minuman dan pakaian yang ditaruh di samping jenazah. Mereka mempercayai, roh leluhurnya masih berada di sekitar balai adat sebelum Ngaben dilaksanakan.
-
Asti Wedana
Ngaben Asti Wedana digelar untuk jenazah leluhur yang pernah dikubur. Sebelum pembakaran, terlebih dahulu pihak keluarga menggelar upacara adat ngangah kepada jenazah leluhur. Ngagah adalah upacara menggali kembali kuburan jenazah leluhur yang akan menjalani ngaben.
-
Swasta
Swasta adalah ngaben tanpa melibatkan jenazah maupun kerangka mayat. Swasta dilakukan lantaran beberapa alasan, seperti, leluhur meninggal di tempat jauh atau jenazah hilang. Sebagai gantinya, pihak keluarga membuat pengawak atau simbol dari kayu cendana. Pengawak ditulisi aksara kuno sebagai simbol badan kasar dari leluhur.
-
Ngelungah dan Warak Kruron
Ngelungah dilakukan oleh pihak keluarga yang masih hidup untuk menyempurnakan roh anak kecil yang giginya belum tanggal saat meninggal. Sedangkan Warak Kruron dilakukan untuk menyempurnakan roh bayi yang meninggal lantaran saat dalam kandungan atau keguguran.
Tujuan Upacara Ngaben, Salah Satu Upacara Adat Bali
Semua upacara adat di Bali memiliki tujuan tertentu, tidak terkecuali Ngaben. Secara umum, Ngaben bertujuan untuk menyempurnakan roh leluhur yang meninggal. Namun ada tiga tujuan utama dari upacara sakral ini. Tujuan pertama, melepaskan roh dari belenggu keduniawian sehingga dapat dengan mudah bersatu dengan Tuhan.
Tujuan kedua adalah mengembalikan segala unsur Panca Maha Bhuta atau lima unsur pembangun badan kasar manusia kepada asalnya agar tidak menghalangi perjalanan roh ke Sunia Loka. Tujuan ketiga, upacara adat Bali Ngaben sebagai simbol keluarga yang ditinggalkan telah ikhlas akan kepergian leluhurnya.