Upacara adat Yogyakarta terutama upacara adat Jawa memang menjadi salah satu ciri khas budayanya. Upacara adat ini dilaksanakan secara turun temurun dan tetap dijaga kelestariannya. Tentunya, hal inilah yang menjadikannya daya tarik para pelancong untuk mengunjungi Yogyakarta.
Selain mendapat julukan sebagai kota pelajar, Yogyakarta juga mendapat julukan sebagai kota budaya. Tidak salah julukan ini diberikan karena keanekaragaman budaya yang masih kental terjaga dengan sangat apik. Tidak satupun dibiarkan luntur digerus oleh kemajuan zaman. Bahkan, kemajuan zaman dijadikan sebagai media memperluaskannya.
Memang upacara adat di daerah ini sangat kental dengan adat Jawa. Beberapa upacara adat yang terkenal adalah upacara labuhan, upacara saketan, grebeg muludan, upacara nguras enceh, upacara bekakak (saparan), upacara siraman pusaka dan masih banyak jenis upacara adat yang sering dilaksanakan.
Berbagai Upacara Adat Yogyakarta yang Terkenal
Tidak hanya satu, upacara adat Yogyakarta yang terkenal ada banyak. Pertama ada upacara labuhan. Upacara ini merupakan bentuk rasa syukur masyarakat setempat yang dilakukan di tempat bersejarah para raja terdahulu. Tujuannya untuk meminta kesejahteraan, ketentraman dan keselamatan pada masyarakat Yogyakarta.
Kemudian, terdapat upacara sekaten. Kegiatan ini dilakukan untuk memperingati bulan Maulud (Penanggalan Jawa). Upacara ini sudah dilakukan semenjak pemerintahan Sultan Hamengkubuwono I. Upacara ini dilaksanakan selama sepekan dengan adanya permainan gamelan Jawa Kyai Gunturmadu dan Kyai Nogowilogo.
Tidak tertinggal, terdapat upacara Grebeg Muludan. Ini berkaitan dengan upacara sekaten. Bedanya pada hari pelaksanaannya yang jatuh pada tanggal 12 Rabiul Awal. Pada upacara ini akan dilakukan parade berupa gunungan ke arah alun-alun utara. Isi dari gunungan ini kemudian disambut oleh masyarakat dan dibagikan kepada mereka di akhir kegiatan.
Lanjutan Upacara Adat Terkenal di Yogyakarta
Selain ketiga upacara di atas, masih ada upacara adat lainnya yaitu upacara nguras enceh. Upacara ini dilaksanakan untuk membersihkan gentong di kawasan pemakaman raja-raja Imogiri di Bantul, Yogyakarta. Makna pelaksanaan kegiatan ini adalah guna membersihkan hati dan pikiran kotor serta rasa dengki.
Upacara adat Yogyakarta selanjutnya adalah upacara bekakak (saparan). Upacara dilaksanakan sebagai penghormatan kesetiaan keluarga abdi dalem keraton yang bernama Kiai dan Nyai Wirosuto terhadap Sri Sultan Hamengkubuwono I. Bentuk acaranya berupa penyembelihan boneka temanten yang terbuat dari tepung ketan dan dianggap sebagai sepasang pengantin Jawa.
Tidak ada habisnya, terdapat satu upacara penting lagi yaitu upacara siraman pusaka. Upacara ini dilaksanakan untuk merawat benda pusaka yang terdapat di keraton. Tidak hanya dicuci, benda pusaka ini juga dipercayai sebagai benda sakral dan bersifat istimewa.
Memang budaya di Yogyakarta tidak ada habis-habisnya, termasuk upacara adatnya. Upacara adat disana sangat dijaga dan terus dilaksanakan sebagai bentuk pewarisan budaya dari leluhurnya. Selain itu, upacara adat Yogyakarta menjadi salah satu daya tarik wisata budaya disana.