Tradisi sunat perempuan masih lestari di beberapa wilayah di Indonesia. Meskipun secara medis ditentang, namun hal tersebut masih saja dilakukan dengan dalih pelestarian kebudayaan.
World Health Organization (WHO) menjelaskan beberapa metode sunat perempuan yang ada di dunia, semuanya bertujuan untuk melakukan pemotongan areal klitoris, atau mengubah bentuk vagina. Di Indonesia yang pertama adalah yang paling banyak dijumpai.
Tradisi Sunat Perempuan di Indonesia
Berdasarkan reportase yang dilakukan Vice Indonesia, mengungkap fenomena sunat perempuan di Kota Bandung, dan melaporkan sebagai kota penyumbang sunatan perempuan terbesar di Indonesia.
Sunatan yang dilakukan di Yayasan Assalaam Bandung tersebut dihadiri oleh 150-an anak perempuan yang mengikuti sunatan massal. Rata-rata usia peserta sunatan mulai dari 3 bulan hingga 11 tahun.
Para peserta yang mengikuti sunatan tidak dikenakan biaya sepeserpun, menariknya mereka malah mendapatkan uang Rp200 ribu. Lantas bagaimana tradisi sunatan prempuan ditinjau dari medis?
Masih dari Vice, Dr. Mahesa Paranadipa menilai jika klaim masyarakat yang meyakini jika sunat perempuan dapat memberikan orgasme lebih dan menurunkan libido tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Secara medis, Paranadipa menyatakan jika sunat perempuan justru akan memicu disfungsi seksual dan kesulitan dalam mencapai orgasme. Dirinya juga menyatakan jika hal tersebut bertentangan dengan standar kedokteran.
Tradisi Sunat Perempuan, dengan demikian dapat dikenakan sanksi jika ada dokter yang menerapkan praktik tersebut, apalagi dapat menimbulkan dampak negatif bagi pasiennya.