Djawanews.com—Hari ini suasana duka masih menghinggapi sebagian masyarakat Indonesia dengan kematian mendadak Ashraf Sinclair. Hal ini bisa dilihat dari masih ramainya pembicaraan terkait hal itu di media sosial semisal twitter, facebook, dan lainnya.
Masyarakat Indonesia umumnya memahami kematian sebagai sesuatu yang sakral dan masa duka dilewati dengan suasana berkabung yang terkesan dingin dan cenderung tertutup.
Berlawanan dengan hal di atas tradisi-tradisi kuno memperlihatkan kematian seseorang diiringi dengan perayaan-perayaan besar, bahkan kematian bisa menjadi pesta terbesar yang dilakukan. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Apakah hal itu positif?
Tradisi-Tradisi Kematian dan Dampaknya Secara Psikologi
Sejarah mentatat kematian seseorang di masa lalu sebagian besar diiringi oleh perayaan-perayaan. Dilansir Djawanes dari The Conversation, ekspresi berduka di Abad Pertengahan bersifat terbuka dan dibagi ke publik melalui perayaan-perayaan.
Dalam perayaan-perayaan tersebut biasanya diberikan ruang bagi yang berduka untuk meratapi kematian orang yang dicintai. Misalnya tradisi ‘ratapan kematian’ (death wail) dari bangsa Celtic Kuno. Tradisi ini masih ditemukan di beberapa tempat di Afrika, Amerika Selatan, Asia, dan Australia.
Selain itu kematian juga bisa menjadi pesta terbesar yang pernah dilakukan. Hal ini pernah terjadi pada masa Romawi Kuno dan saat ini masih dilakukan oleh etnis Dorze di Ethiopia.
Di Indonesia sendiri tradisi ‘Rambu Solo’ di Toraja bisa menjadi pesta terbesar masyarakat setempat. Pasalnya untuk bisa melaksanakan tradisi tersebut sebuah keluarga harus menyiapkan uang milyaran rupiah untuk membiayai dari mulai persiapan sampai selesainya upacara.
Jika dilihat sekilas tradisi-tradisi tersebut bertentangan dengan sifat kematian yang sakral. Namun jika diperhatikan lebih dekat hal itu akan membawa dampak positif bagi yang berduka.
Melalui sebuah perayaan kematian individu yang berduka memiliki media untuk membagi kesedihannya dengan publik. Selain itu dengan perayaan masyarakat yang terlibat akan diingatkan akan batas kematian dan kehidupan, hal yang sakral dan profan, hal yang abadi dan fana.
Ikuti berita-berita yang unik dan menarik lainnya yang telah dibahas Djawanews pada edisi sebelumnya di sini.