Djawanews.com – Saat berkunjung ke DKI Jakarta ada satu tempat yang wajib dikunjungi, yakni Monumen Nasional atau Monas. Tempat ini jadi landmark ikonik Ibu Kota dan banyak dibanggakan oleh masyarakat.
Bahkan, Presiden pertama RI Soekarno juga membanggakan monumen yang dibangun pada 1961 ini. Salah satu wujud kemegahan yang ada pada Monas adalah keberadaan lidah api dan terbuat dari emas yang berada di puncak tugu tersebut.
Lidah api Monas tingginya mencapai 14 meter dengan diameter 6 meter. Pada tahun 1972 biaya pembangunan tugu ini mencapai Rp358.328.107,57. Mahalnya biaya yang dibutuhkan membuat Monas sempat terbengkalai pada tahun 1966-1972.
Meski demikian lidah api emas Monas berhasil diletakkan di ujung tugu dengan total berat emas mencapai 38 kg. Namun tahukah Anda bahwa dari total berat logam mulia itu, 28 kg di antaranya adalah sumbangan dari penguasaha Aceh yang bernama Teuku Markam?
Dilansir dari Kompas, Teuku Markam adalah keturunan Uleebalang dan lahir di Seuneudon dan Alue Capli, Panton Labu Aceh Utara pada tahun 1925 dengan menyandang nama Teuku Marhaban.
Ia memang lebih dikenal sebagai pengusaha, namun Teuku Markam ternyata sempat terjun ke dunia militer. Keputusannya untuk jadi seorang pengusaha terjadi di awal kemerdekaan. Berbagai bidang bisnis sempat ia coba, mulai dari ekspor, impor, besi beton, hingga plat baja. Kejeliannya melihat peluang bisnis membuatnya dikenal sebagai salah satu pria terkaya di Indonesia.
Teungku Markam juga dekat dengan Soekarno. Masashi Nishihara dalam Sukarno, Ratna Sari Dewi dan Pampasan Perang, yang dikutip dari Tirto, menggambarkan hubungan akrab keduanya.
“Wajahnya cukup dikenal di pesta-pesta yang diadakan di Istana Sukarno dan merupakan peserta lelang yang dermawan dalam lelang tertutup yang diselenggarakan di istana,” ungkap Nishihara (hlm. 204-205).
Pasca Soekarno lengser, nasib Markam tak terlalu baik. Ia justru dicap sebagai PKI yang loyal terhadap Soekarno. Ia ditangkap dan dipenjara oleh Soeharto pada tahun 1966 tanpa proses pengadilan. Perusahaannya, PT Markam, diambil alih pemerintah dan jadi cikal bakal BUMN dengan nama PT Berdikari (Persero).
Dilansir dari Warta Ekonomi, reputasi Markam pasca ia dipenjara tak dipulihkan oleh pemerintah. Tuduhan antek PKI masih melekat di namanya. Meski begitu, ingatan sebagian masyarakat atas jasanya tak bisa dipungkiri.
Banyak hal menarik tentang Teungku Markam. Untuk mendapatkan artikel menarik lainnya, kunjungi situs resmi Warta Harian Nasional Djawanews. Anda juga bisa mengikuti kami melalui akun media sosial Instagram @djawanewscom dan melalui aplikasi Babe. Hubungi kami untuk membagikan foto, video, artikel, dan berita lainnya.