Djawanews.com – Burung garuda jadi lambang negara yang memuat nilai-nilai Pancasila. Adanya garuda sebagai unsur NKRI sudah menjadi keputusan final dan sah yang diambil para pendiri bangsa. Meski jadi lambang kenegaraan, tahukah Anda bahwa sosok burung garuda telah lekat di kehidupan masyarakat Indonesia sejak lama?
Di zaman kerajaan, simbol garuda memiliki peran penting. Bahkan di beberapa candi terdapat ukiran yang menampilkan burung tersebut. Dalam beberapa cerita rakyat, garuda digambarkan sebagai manusia burung yang gagah perkasa, berbulu emas
Sedangkan di kebudayaan Hindu, garuda punya posisi penting karena ia menjadi kendaraan Dewa Wisnu. Dalam kepercayaan yang beredar, Garuda merupakan anak dari Kasyapa yang beristri Vinata dan Kadru.
Meski beristri dua, Vanita dan Kadru tak kunjung melahirkan anak. Oleh karena itu Kasyapa memberikan 1.000 telur kepada Kadru dan hanya 2 ekor kepada Winata. Seiring berjalannya waktu, telur Kadru berhasil menetas 1.000 ekor ular sakti.
Sedangkan telur Winata tak kunjung menetas. Karena putus asa, ia kemudian memecahkan salah satu telur yang diberikan kepadanya. Saat dipecah, Winata menjumpai seekor burung kecil yang cacat tak berkaki yang di masa depan jadi kusir kusir Dewa Surya. Winata kemudian menjaga sisa telur yang ia miliki.
Suatu ketika, Winata mengalami kekalahan dalam pertaruhan dengan Kadru. Atas kekalahannya, Winata terpaksa jadi budak dan melayani 1.000 ekor ular. Saat menjadi budak, telur yang dirawat Wianata ternyata menetas dan keluarlah Garuda.
Saat Garuda lahir, Amarta masih menjadi budak Kadru. Untuk menebus ibunya, Kadru meminta Amerta, air keabadian dewa sebagai tebusan. Garuda menyetujui syarat Kadru dan pergi ke Kahyangan dan bertempur melawan para dewa.
Tak disangka, Garuda berhasil melawan para dewa yang menghalanginya. Tahu akan hal tersebut Dewa Wisnu akhirnya turun tangan. Garuda dan Dewa Wisnu kemudian melakukan pertukaran. Amerta akan diserahkan pada Garuda asal ia mau jadi tunggangan Dewa Wisnu. Syarat itu disetujui oleh Garuda.
Garuda menyerahkan Amerta kepada Kadru dan ular-ularnya. Singkat cerita, Amerta yang diserahkan ternyata tumpah ke alang-alang. Para ular kemudian berebut menjilati alang-alang itu dan hal tersebut dipercaya jadi alasan mengapa ujung lidah ular terbelah jadi dua.
Kegigihan Garuda dalam merebut Amerta demi sang ibu jadi contoh yang baik. Wajar jika sosok Garuda mendapat posisi penting dalam masyarakat Indonesia.
Masih banyak kisah menarik lain terkait Garuda. Untuk mendapatkan cerita menarik lainnya, kunjungi situs Warta Harian Djawanews. Anda juga bisa mengikuti kami melalui akun media sosial Instagram @djawanewscom dan melalui aplikasi Babe. Hubungi kami untuk membagikan foto, video, artikel, dan berita lainnya.