Tarakan tidak hanya memiliki keindahan alam, ia juga dikenal sebagai salah satu daerah penghasil minyak bumi terbesar di Indonesia karena memiliki cadangan minyak dan gas dalam jumlah besar. Tarakan berada di Provinsi Kalimantan Utara, berbatasan dengan negara tetangga, Malaysia. Kandungan minyak yang tersimpan di Tarakan berhasil membawa Tarakan menjadi kota terkaya ke-17 di Indonesia.
Minyak yang ada di Tarakan memang telah ditemukan sejak era kolonial Belanda. Alasan ini juga yang mendasari Belanda menduduki Tarakan sebagai wilayah kekuasaanya. Penemuan berawal dari ambisi Belanda untuk menemukan minyak di wilayah jajahannya. Usaha tersebut dibarengi dengan dilakukannya penelitian di beberapa wilayah di Indonesia.
Tarakan Sempat Menjadi Daerah Penghasil Minyak Bumi Terbesar
Penemuan ladang minyak di Indonesia tidak ditemukan dalam waktu yang serentak. Di Tarakan, minyak bisa ditemukan pada tahun 1896. Penemuan minyak dilanjut dengan kegiatan eksploitasi oleh Belanda melalui Koninklijke Nederlandsche Petroleium Company, perusahaan minyak milik Pemerintah Belanda.
Meski minyak ditemukan pada tahun 1896, eksploitasi baru bisa dilakukan pada tahun 1899. Dalam perjalanannya, Belanda ternyata mendapat desakan dari perusahaan tambang minyak dari negara industri lain seperti Amerika dan Inggris.
Negara-negara industri menuntut Belanda agar mereka mengeluarkan izin bagi perusahaan lain untuk memperbolehkan mereka bisa ikut ambil bagian dalam pengeboran minyak bumi di wilayah Hindia Belanda.
Dengan adanya kesepakatan dan peraturan yang diterbitkan Belanda, pada tahun 1912 perusahaan Inggris yang bernama SHELL mengajukan kerja sama penambangan dengan pihak Belanda. Dari kesepakatan tersebut lahirlah Bataafsche Petroleum Maatchappij (BPM).
BPM sendiri merupakan anak perusahaan yang terbentuk atas kerja sama antara Inggris (SHELL) dan Belanda (Koninklijke Nederlandsche Petroleium Company). Bergabungnya dua negara ini menjadikan kegiatan eksplorasi minyak semakin gencar dilakukan, tidak terkecuali di Tarakan. Belanda juga mendatangkan sejumlah pekerja untuk melakukan pengeboran minyak di berbagai wilayah.
Setelah beberapa waktu berjalan, penambangan minyak akhirnya terhenti karena Jepang menyerang. Diam-diam Jepang juga memiliki ambisi untuk menguasai sumber minyak yang ada di Tarakan. Jepang membutuhkan minyak untuk keperluan perang dan industri mereka. Namun, Belanda tidak semudah itu dikalahkan.
Belanda berjuang mati-matian untuk mempertahankan Tarakan. Kedua belah pihak terlibat pertempuran sengit. Pertempuran berlangsung kurang lebih selama 2 hari dengan kemenangan di pihak Jepang.
Pasca kemenangannya, Jepang segera memulihkan semua tambang bekas milik Belanda di Tarakan. Negara yang hingga saat ini kerap jadi referensi liburan itu juga mendatangkan tenaga buruh dari Jawa untuk kegiatan eksploitasinya. Pada awal tahun 1944, Jepang bahkan berhasil memproduksi minyak sebanyak 350.000 barel setiap bulan.
Eksploitasi minyak di Tarakan berlanjut hingga sekarang. Setelah Indonesia merdeka, Pertamina melanjutkan pertambangan. Jutaan barel minyak mentah dan gas dari Tarakan diekspor ke beberapa negara. Tarakan juga berhasil membawa Indonesia sebagai anggota OPEC.
Sebagai informasi, dalam Wikipedia disebutkan bahwa OPEC adalah organisasi yang bertujuan menegosiasikan masalah-masalah mengenai produksi, harga dan hak konsesi minyak bumi dengan perusahaan-perusahaan minyak.
Kejayaan Tarakan sebagai daerah penghasil minyak bumi ternyata semakin meredup. Persediaan minyak yang menipis membuat beberapa ladang minyak harus ditutup karena tidak lagi memproduksi minyak. Meski begitu, masih ada beberapa sumur yang masih produktif. Sampai saat ini, jejak penambangan minyak di Tarakan masih dapat ditemui. Jejak tersebut berupa sumur tua, menara pengeboran, jaringan pipa minyak, dan masih banyak lagi.