Djawanews.com – Kiblat merupakan arah yang dituju oleh umat Islam di seluruh dunia ketika menjalankan ibadah salat. Di Indonesia sendiri, terdapat perubahan arah kiblat yang tercatat dalam sejarah. Berikut pembahasan lengkapnya.
Perlu diketahui, kiblat mengarah pada bangunan sakral nan bersejarah bagi umat Islam yaitu Ka'bah di Masjidil Haram, Arab Saudi. Di masa lalu, sosok ulama KH Ahmad Dahlan tercatat telah meluruskan arah kiblat di Indonesia yang dianggapnya melenceng.
Perubahan Arah Kiblat di Yogyakarta dan Kontroversinya
KH Ahmad Dahlan menyatakan jika arah kiblat di Yogyakarta, bukannya mengarah ke Makkah namun malah mengarah ke Afrika. Lantaran pembenaran itu pula, Ahmad Dahlan pada mulanya dianggap sesat lantaran berbeda dengan budaya pada masa itu.
Terkait dengan perubahan arah kiblat oleh KH Ahmad Dahlan, dalam penelitian Sakirman menyatakan jika hal tersebut menimbulkan reaksi keras pada masyarakat Yogyakarta pada masa itu.
Penelitian yang berjudul KH. Ahmad Dahlan dan Gerakan Pelurusan Arah Kiblat di Indonesia tersebut, juga menyatakan jika di masa sekarang masih banyak kasus kecaman dari masyarakat terkait pelurusan arah kiblat, contohnya di Demak.
Sebagaimana diketahui, ilmu fikih menyatakan jika kiblat adalah syarat sahnya shalat, sehingga hal tersebut hukumnya adalah wajib dilakukan oleh umat Muslim yang hendak menunaikan ibadah salat.
Penentuan Arah Kiblat di Indonesia sendiri selalu mengalami perubahan seiring dengan perkembangan teknologi. Pada awal mula Islam berkembang di Indonesia, para wali (Walisongo) hanya berpatokan pada arah barat sebagai penentu kiblat.
Penentuan arah barat sebagai kiblat, pada masa Walisongo hanya didasari oleh letak wilayah Arab Saudi jika dilihat dari Indonesia pada masa itu. Barulah di era Ahmad Dahlan, hal tersebut kemudian diperbarui.
Dalil KH Ahmad Dahlan ketika Mengubah Arah Kiblat
Perubahan arah kiblat yang dilakukan oleh Ahmad Dahlan sama halnya dengan catatan Kyai Syuja’ dalam bukunya berjudul Islam Berkemajuan; Kisah Perjuangan KH Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah, yang menyebut perubahan arah kiblat dengan istilah jihatu al-Ka’bah.
Adapun dalil yang digunakan KH Ahmad dalam mengubah arah kiblat
Artinya: “Sungguh kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit (Nabi Muhammad s.a.w. sering melihat ke langit berdoa dan menunggu-nunggu turunnya wahyu yang memerintahkan beliau menghadap ke Baitullah), Maka sungguh kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai.
Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. dan Sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan,”
Penolakan ketika KH Ahmad Dahlan Mengubah Arah Kiblat
Metode yang dilakukan oleh KH Ahmad Dahlan dalam mengubah arah kiblat adalah dengan pendekatan ilmu pengetahuan yaitu memanfaatkan kompas dan peta dunia untuk menentukan arah.
Ketika KH Ahmad Dahlan menyatakan jika arah kiblat di Masjid Besar Kauman tidak menghadap ke arah Ka'bah di Mekah dan malah menghadap ke Afrika, para ulama waktu itu meradang.
Salah satu ulama yang tida sepakat dengan usulan KH Ahmad Dahlan adalah penghulu Masjid Agung Kauman, Kyai Penghulu Cholil Kamaludiningrat. Ahmad Dahlan dianggap membangkang dari aturan yang sudah berjalan selama berabad-abad.
Sontak, KH Ahmad Dahlan pada masa itu dianggap mengajarkan aliran Islam yang sesat, menghasut dan merusak kewibawaan Keraton Yogyakarta dan Masjid Besar.
Pada tahun 1897 hingga 1898, KH Ahmad Dahlan memperkenalkan wacana akan pentingnya pelurusan kiblat. Banyak pro dan kontra atas wacana yang dikeluarkan Ahmad Dahlan tersebut.
Selain sejarah perubahan arah kiblat di Indonesia, simak berita menarik dari berbagai daerah lainnya di Nusantara hanya di Warta Harian Nasional Djawanews. Untuk mendapatkan informasi cepat dan menarik jangan lupa ikuti Instagram @djawanewscom.