PLTU Celukan Bawang dengan total kapasitas 426 megawatt (mw) berhasil menepis anggapan masyarakat bahwa kehadiran pembangkit listrik berbahan bakar batu bara bisa menyebabkan kerusakan ekosistem hingga mencemari lingkungan. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) ini berada di Desa Celukan Bawang, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali.
Dalam pembangunannya, PLTU Celukan Bawang yang didirikan sejak 2015 ini melibatkan tiga perusahaan yang berasal dari Tiongkok, Singapura, dan Indonesia. Kehadiran PLTU Celukan Bawang telah mampu memenuhi kebutuhan listrik di wilayah bali menjadi aman dan lebih stabil.
PLTU Celukan Bawang Aman untuk Lingkungan
Sebagai informasi awal, PLTU Celukan Bawang menggunakan bahan bakar batubara untuk pengoperasiannya. Meski menggunakan batubara, tetapi emisi yang dihasilkan tidak melebihi ambang batas Baku Mutu Lingkungan Hidup.
Jika melihat dari Peraturan Gubernur Bali Nomor 16 tahun 2016 mengenai baku mutu lingkungan, maka proyek PLTU Celukan Bawang tidak melanggar dan dinyatakan aman untuk lingkungan. Bahkan jika melanggar Pemprov Bali siap menindak tegas dengan cara memberhentikan sementara operasional PLTU Celukan Bawang.
Seperti yang dilansir dari helfordriver.org, ada beberapa gas yang dihasilkan dari pembangkit listrik tersebut seperti karbon monoksida, sulfur dioksida, nitrogen oksida, dan partikulat. Setelah melalui uji kelayakan lingkungan hidup bersama tim Komisi Penilai AMDAL, menyatakan bahwa gas-gas tersebut tidak berbahaya terhadap masyarakat maupun lingkungan sekitar.
Ini karena jarak emisi berada pada ketinggian maksimal sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan. Selain itu, gas juga mudah terbawa angin yang kemudian dapat diikat oleh partikel lain di udara.
Adapun dampak negatif cukup kecil yakni akan berdampak pada perubahan pola arus dan gelombang serta perubahan morfologi pantai. Untuk dapampak positif dari pembangunan PLTU Celukan Bawang adalah dapat meningkatkan pendapatan daerah serta menjadi peluang kerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakat sekitar.
Gas PLTU Celukan Bawang Munculkan Biota Laut Baru
Selain bukti diatas, beberapa waktu lalu sebuah Yayasan Bumi Hijau Indah (YBHI) mengadakan penelitian di kawasan PLTU Celukan Bawang. Alhasil, biota laut baru ditemukan di perairan Celukan Bawang.
Gara-gara pembuangan panas PLTU, sejumlah jenis karang baru justru muncul.
Pembuangan panas dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Celukan Bawang diduga malah membantu menghangatkan perairan yang mendukung ekosistem terumbu karang.
Setidaknya ada delapan spesies karang lainnya yang ditemukan di perairan Celukan Bawang. Selain karang, ada juga puluhan biota lain yang ditemukan di perairan tersebut.
Menurut Ketua YBHI, fenomena ini bisa terjadi karena panas yang dihasilkan dari pendinginan PLTU. Hal itu yang membuat suhu air menjadi hangat, sehingga ekosistem terumbu karang menjadi lebih subur.
“Dan ternyata ya itu, tidak tahu kenapa, lingkungan mendukung, pembuangan air panasnya juga stabil, sehingga terumbu karangnya bagus,” tambahnya dilansir dari detik.com.
Penelitian ini dilakukan Dodik dan tim sejak 2015 lalu untuk mendata biota laut di kawasan Celukan Bawang. Beberapa terumbu karang yang ditemukan di perairan laut depan PLTU Celukan Bawang usianya sekitar 4-5 tahun.