Djawanews.com – Tragedi Semanggi I adalah salah satu peristiwa penting dalam sejarah bangsa Indonesia.
Peristiwa yang terjadi pada 12-13 November 1998 tersebut merupakan peristiwa paling bedarah yang dialami oleh mahasiswa dan masyarakat.
Tragedi Semanggi awalnya merupakan unjuk rasa yang dilakukan oleh mahasiswa dan masyarakat. Dalam unjuk rasa tersebut berbagai tuntutan dibawa oleh mahasiswa dan masyarakat, juga sebagian masyarakat Jakarta.
Namun, pihak mahasiswa terlibat bentrok dengan Pamswakarsa, sebuah kelompok sipil bersenjata yang dibentuk oleh TNI.
Menilik sejarah, sebenarnya unjuk rasa telah dilakukan sejak satu hari sebelumnya, yaitu pada 11 November 1998.
Unjuk rasa dan demonstasi yang berlangsung selama tiga hari tersebut dilakukan bukan tanpa alasan. Berbagai tuntutan yang dibawa mahasiswa dan masyarakat cukup jelas dan dirasa krusial.
Salah satu dari banyak tuntutan tersebut adalah meminta pembersihan pemerintahan dari beberapa orang yang dianggap berperan dalam Orde Baru.
Mahasiswa dan masyarakat juga meminta penghapusan dwifungsi ABRI serta menolak adanya sidang istimewa MPR yang menunjuk B.J. Habibie sebagai presiden yang menggantikan Soeharto.
Menurut mereka, B.J. Habibie adalah kepanjangan tangan dari Soeharto yang memperpanjang Orde Baru.
Peristiwa yang dikenal dengan Tragedi Semanggi I ini disebut sebagai peristiwa berdarah sebab menelan korban jiwa. Pada tanggal 12 November 1998, terjadi bentrok saat unjuk rasa masih berlangsung di kawasan Semanggi, Slipi, Jakarta.
Masyarakat yang akan bergerak menuju gedung MPR/DPR tidak dapat menuju ke sana karena dikawal sangat ketat oleh aparat.
Dalam peristiwa ini diketahui terdapat 17 korban jiwa yang terdiri dari mahasiswa, pelajar, aparat keamanan, dan PAM-Swakarsa.
Ingin tahu tentang berita lainnya? Pantau kami di Djawanews dan ikuti instagram Djawanews.