Pembangkit Listri Tenaga Uap (PLTU) Celukan Bawang adalah pemasok kebutuhan listrik yang menyediakan energi listrik di Pulau Dewata Bali. Bali sebagai tujuan destinasi wisata mancanegara agaknya pelan-pelan mulai berbenah. Semakin tahun Bali mengalami peningkatan, baik dari sisi ekonomi, budaya, dan juga energi. Dari sisi energi, PLTU Celukan Bawang mampu memastikan Bali siap menghadapi berbagai peningkatan tersebut.
Sebelum dibangun PLTU Celukan Bawang, kebutuhan listrik di Bali dipasok dari tiga sumber utama, yakni PLTU Gilimanuk, PLTG Denpasar, dan sambungan kabel bawah laut Jawa-Bali. Meski telah disuplai dari tiga sumber energi, pasokan yang dialirkan ke Bali tetap beresiko terjadi gangguan atau pemeliharaan pada salah satu sumber. Wajar jika sebagian wilayah Bali sering mengalami pemadaman listrik secara bergilir.
Defisit listrik di Bali ternyata diperkirakan akan terjadi pada tahun 2021 jika pasokan listrik tak ditambah. Sementara itu, beban puncak listrik di Bali terus mengalami peningkatan 6,18% per tahunnya. Bahkan, setelah adanya PLTU Celukan Bawang, tingkat beban kelistrikan di Bali masih besar, pada tahun 2017 mencapai 852 MW. Oleh karenanya penambahan pasokan listrik di Bali terus diupayakan.
Bagaimana Cara Kerja PLTU Celukan Bawang dan Kualitas Air Lautnya?
Secara umum, listrik yang dihasilkan Pembangkit Listrik Tenaga Uap tidak lepas dari bahan bakunya yang berupa air. Dalam kasus PLTU Celukan Bawang, air yang digunakan adalah air laut. PLTU Celukan Bawang menyedot air laut melalui pipa bawah tanah dan dialirkan melalui bak penampungan.
Dari sini peran batu bara diperlukan. Batu bara digunakan untuk memanaskan air laut yang telah disimpan dalam wadah. Proses dan alat yang digunakan dalam PLTU Celukan Bawang juga sangat canggih. Semua telah diperhitungkan dengan detil agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Meski menuai polemik, batu bara sampai sekarang masih menduduki sebagai bahan bakar paling mudah didapat, efektif, ekonomis, produktif, dan risikonya tidak banyak. Batu bara dapat diganti dengan minyak, namun terlalu berisiko terjadi kebocoran jika digunakan dalam PLTU. Batu bara yang akan digunakan dalam PLTU juga melalui proses tertentu agar lebih mudah digunakan dan lebih minim risiko.
Batubara ini akan memanaskan boiler yang sebelumnya telah diisi dengan air laut. Pemanasan ini akan menghasilkan uap/steam yang bertekanan tinggi. Uap bertekanan tinggi kemudian dialirkan melalui pipa menuju turbin. Uap ini juga yang mampu memutar turbin sehingga turbin dapat berputar. Turbin yang tersambung pada generator akan menghasilkan listrik, listrik kemudian disimpan dan disalurkan ke berbagai daerah.
Meski menggunakan air laut, PLTU Celukan Bawang juga memperhatikan aspek keselamatan lingkungan. Sisa air laut yang masuk ke dalam boiler akan dialirkan lagi ke laut dengan melalui proses pemeriksaan dan berbagai pengecekan secara klinis. PLTU Celukan Bawang melakukannya dengan ketat dan sangat hati-hati.
Pengelolaan Limbah PLTU Celukan Bawang
Sudah menjadi hal yang semestinya jika PLTU Celukan Bawang memperhatikan aspek lingkungan, terlebih mereka menggunakan air laut dan batu bara sebagai elemen pokok. Secara umum, PLTU Celukan Bawang memang telah memasang berbagai alat dan standard keamanan yang canggih agar tak menimbulkan kerugian lingkungan. Dalam hal ini lingkungan laut yang ada di sekitar PLTU Celukan Bawang.
Air laut sisa hasil produksi PLTU Celukan Bawang akan dikembalikan ke laut setelah mengalami pengecekan. Pengecekan yang dilakukan PLTU Celukan Bawang terbukti aman dengan diadakannya penelitian atas terumbu karang di sekitar PLTU Celukan Bawang.
Penelitian sempat dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali pada tahun 2015, setelah PLTU Celukan Bawang mulai beroprasi. Pengamatan dilakukan di wilayah perairan Celukan Bawang, Buleleng, yang bekerja sama dengan Coral Triangle Center (CTC), dan The Nature Conservancy Indonesia Marine.
Dari hasil pengamatan, kondisi perairan di sekitar PLTU Celukan Bawang dinilai baik. Hal tersebut diketahui dari kondisi ekosistem terumbu karang pada kedalaman 3 dan 10 meter yang menggunakan metode Reef Health-Point Intercept Transect.
Di sekitar PLTU, diketahui terdapat tutupan karang dengan kategori sedang dan baik. Di Stasiun Celukan Bawang I, hasil penelitian menemukan tutupan karang sebanyak 49,3 persen berkategori sedang.
Sebanyak 60,8 persen tutupan karang berkategori baik juga ditemukan di Stasiun Celukan Bawang II. Presentase karang mati hanya sebesar 2 persen yang ditemuka di Stasiun I. Sedangkan di Stasiun II karang mati hanya 6 persen.
Dalam pengamatan, di Stasiun Celukan Bawang I juga ditemukan keanekaragaman dan kekayaan biota laut yang beriteraksi dalam ekosistem terumbu karang. Biota laut yang ditemukan dikategorikan ke dalam beberapa kelompok, kelompok karang keras, karang lunak, alga, coralline alga, dan beberapa jenis biota lainnya.
Penelitian Ekosistem terumbu karang yang dilakukan di sekitar PLTU Celukan Bawang juga melibatkan tim ahli yang juga berasal dari BPSPL Denpasar. Selain itu ada juga Kementerian Kelautan dan Perikanan, Yayasan Bahtera Nusantara, serta beberapa volunteer dalam dan luar negeri. Pihak universitas di sekitar Bali juga dilibatkan, yakni Universitas Udayana, Universitas Warmadewa, dan Universitas Pendidikan Ganesha (UNDIKSA) Singaraja.