Djawanews.com – Warsito Purwo Taruno sempat sempat viral beberapa tahun silam. Ia dikenal masyarakat luas atas penemuannya yang berupa alat terapi kanker Electro-Capacitive Cancer Therapy (ECCT) yang dipatenkan sejak 2012.
Alat temuan Warsito berupa rompi dan helm yang sempat memberikan harapan besar bagi para penyitas kanker. Pria yang lahir pada 15 Mei 1967 di Karanganyar, Solo, itu memang bukan dokter. Namun ia memiliki beberapa hak paten atas karyanya terutama di bidang fisika dan kimia.
Latar belakang nonmedis membuatnya tersandung beberapa kali di dunia medis, terutama terkait alat ECCT miliknya. Pro dan kontra muncul atas alatnya, bahkan sejumlah dokter onkologi tak menyarankan pemakaian rompi dan helm untuk pasien kanker karena dianggap memperburuk kondisi pasien.
Puncak kontroversi Warsito terjadi tahun 2015. Kementrian Kesehatan meminta pada Warsito untuk menutup klinik yang telah melayani ribuan pasien. Ia bahkan dilarang tampil di setidaknya sebuah acara pencegahan kanker.
Warsito memang dapat perlakuan tak mengenakkan di negaranya sendiri, namun banyak lembaga penelitian, klinik, dan rumah sakit justru menginginkan ilmunya di bidang terapi kanker.
Peraih BJ Habibie Tecchnology Awards itu memberikan pelatihan internasional penanganan kanker di Warsawa, Polandia pada 8 Februari 2016. Dilansir dari CNN Indonesia, ia juga menggelar pelatihan di Amerika Serikat, Kanada, Australia, Sri Lanka, Rusia, Uni Emirat Arab (UEA), Arab Saudi, India, Singapura, dan Malaysia.
Masih banyak kisah menarik tentan Warsito si penemu alat terapi kanker. Untuk mendapatkan artikel menarik lain, kunjungi situs resmi Warta Harian Nasional Djawanews. Anda juga bisa mengikuti kami melalui akun media sosial Instagram @djawanewscom dan melalui aplikasi Babe. Hubungi kami untuk membagikan foto, video, artikel, dan berita lainnya.