Djawanews.com – Jangan mengaku playboy jika tak berhasil mengalahkan Oei Tambah Sia. Ia dikenal sebagai pemburu wanita keturunan Tionghoa kaya raya yang hidup saat Jakarta bernama Batavia.
Oei Tambah Sia (1827-1856) hidup di era era kolonial Hindia-Belanda. Ia merupakan putra dari saudagar tembakau kaya sekaligus pemilik toko sembako terbesar yang bernama Oey Thoa dari Pekalongan.
Terlahir sebagai orang kaya, Oey Tambah Sia suka menghamburkan uang ayahnya. Ia hobi judi sabung ayam, suka memakai candu, dan sangat gila zina. Oey tak puas hanya main satu wanita, ia akan menyikat wanita manapun yang ia sukai.
Dilansir dari VOI, dalam buku [Bukan] Tabu di Nusantara (2018) karya Achmad Sunjayadi, mitos yang kerap diceritakan tentangnya adalah cebok dengan uang.
"... Jika selesai buang air besar di Kali Toko Tiga di depan rumahnya, ia selalu membersihkan dengan uang kertas. Tentu saja ulah nyeleneh itu menimbulkan kehebohan. Tiap pagi selalu terjadi perkelahian orang-orang yang memperebutkan lembaran uang kertas tersebut.”
Oey juga gemar mengganggu anak dan istri orang. Ia memang tampan dan pandai berpakaian. Setiap pagi dan sore ia akan berkeliling kota menunggangi kuda Australia bersama dua centengnya untuk mencari mangsa. Tak segan pula ia mendatangi germo di tempat pelacuran untuk mendapatkan wanita.
Suatu ketika, ibu Oey Tambah Sia merasa terganggu dengan tingkah anaknya. Ia memutuskan untuk menikahkan putranya itu secara baik-baik. Oey sendiri tak keberatan dengan niat ibunya, hanya saja ia ingin agar calon istrinya dipilihnya sendiri.
Pencarian calon istri dimulai. Ia mencari wanita di sekitar Glodok sampai pasar ikan, Pasar Baru, hingga ke Senen. Oey akhirnya kepincut dengan gadis dari keluarga Sim. Berbagai cara ia lakoni agar gadis tersebut jadi miliknya, termasuk memanfaatkan kekayaannya. Usahanya lai-lagi berhasil meminang gadis tersebut.
Meski telah menikah, kebiasaan buruk Oey tak berhenti. Ia melakukan perburuan wanita lain dan berhasil memboyong pesinden terkenal bernama Mas Ajeng Gunjing saat di Pekalongan, Jawa Tengah.
Ajeng Gunjing yang semula tinggal di Bungalow Bintang Mas, dipindahkan ke rumah besar Oey di Tangerang bersama perempuan lainnya. Dari sini masalah bermula. Suatu ketika, rumah Oey didatangi Mas Sutejo, saudara Ajeng Gunjing. Tahu akan kunjungan tersebut, Oey cemburu dan berniat membunuh Mas Sutejo diam-diam.
Dalam melancarkan aksinya, Oey harus meracuni pembantunya dan memfitnah rival Tionghoanya yang bernama Liem Soe King. Sayangnya strateginya gagal dan berbalik menyerangnya. Liem Soe King menemukan bukti kejahatan Oey Tambah Sia.
Berbagai upaya telah ditempuh agar Oey lolos dari jeratan hukum namun gagal. Sebagai hukumannya, Oey dijatuhi hukuman gantung pada tahun 1851. Ia digantung di halaman Balai Kota (Stadhuis) Batavia.
Banyak informasi menarik terkait Oei Tambah Sia. Untuk mendapatkan informasi menarik lain, kunjungi situs Warta Harian Djawanews. Anda juga bisa mengikuti kami melalui akun media sosial Instagram @djawanewscom dan melalui aplikasi Babe. Hubungi kami untuk membagikan foto, video, artikel, dan berita lainnya.