Djawanews.com – Penyerangan terhadap kiai dan alim ulama memang sesuatu yang tak bisa dibenarkan dengan alasan apapun. Sayangnya realitas tersebut masih terus terjadi di Indonesia karena berbagai motif. Penyerangan bahkan dialami oleh kiai besar dan sangat dihormati di Indonesia, khususnya di Yogyakarta, yakni Kiai Ali Maksum.
Kiai Ali Maksum adalah tokoh agama yang berpengaruh pada zamannya. Bahkan saat ini namanya masih dihormati di kalangan umat islam, terlebih di kalangan santri. Salah satu peninggalan yang paling berharga dari beliau adalah Pondok Pesantren Ali Maksum, yang ada di Krapyak, Yogyakarta.
Dalam berdakwah, Kiai Ali pernah mendapat serangan yang cukup bringas. Bagaimana tidak, Kiai Ali diserang menggunakan linggis.
Dilansir dari santrinews.com, peristiwa penyerangan itu terjadi pada tahun 1987. Saat itu Kiai Ali menjadi penceramah di Rembang dalam acara peringatan wafatnya KH Bisri Musthofa. Saat duduk di panggung, tiba-tiba Kiai Ali diserang oleh seorang pemuda yang membawa linggis.
Di beberapa sumber mengatakan bahwa linggis saat itu dibungkus dengan sorban putih, sehingga ada kemungkinan berhasil mengelabuhi panitia.
Saat mendekat, linggis itu dipukulkan ke kepala Kiai Ali sebanyak tiga kali. Peristiwa tersebut mengagetkan pengunjung.
Mengetahui hal tersebut, Pemda Rembang kala itu menunjuk Komandan Kodim Rembang untuk melakukan penyelidikan, yang kemudian dibantu oleh Pangdam IV Diponegoro Mayjen Setiyana.
Tenaga penyidik yang dikerahkan bukan main-main. Saat itu muncul dugaan adanya intrik politik di balik penyerangan. Hal itu wajar karena penyerangan dilakukan menjelang Pemilu 1987. Selai itu NU juga untuk pertama kalinya ikut pemilu setelah mendeklarasikan diri kembali ke Khittah.
Namun, berdasarkan investigasi ternyata dugaan awal tak terbukti. Belakangan diketahui pelaku penyerangan bernama Ahmad Dirman. Ia adalah pemuda yang berasal dari Lasem, kampung yang sama dengan asal Kiai Ali. Ia memang pernah mengalami gangguan mental. Sang ibu Dirman juga sempat menitipkannya di Pondok Pesantren Al-Munawir, pondok yang masih dalam asuhan Kiai Ali, dengan harapan bisa sembuh.
Singkat cerita, Dirman memang sempat normal karena pendidikan Kiai Ali. Darman bahkan dikabarkan sempat melanjutkan pendidikannya di Fisipol Universita Gadjah Mada (UGM). Sayangnya kesembuhan Dirman tak membuatnya bisa berpikir jernih lantaran ia dilanda api cinta. Dirman disebut jatuh cinta dengan Neng Ida Rufaida, putri dari Kiai Ali.
Cinta Dirman tak disambut baik oleh Neng Ida, alias bertepuk sebelah tangan. Penolakan itu membuat Dirman patah hati dan menganggap penyebab penolakan atas cintanya adalah Kiai Ali. Padahal hal tersebut tidak benar, namun Dirman terlanjur dibutakan oleh cinta.
Dirman yang pendendam berniat melukai Kiai Ali. Kebetulan ia juga mendengar rencana kedatangan Kiai Ali ke Rembang. Saat acara, Dirman mendekat ke panggung utama lalu memukulkan linggis yang telah terbungkus itu ke kepala Kiai Ali.
Kiai Ali terhuyung dan segera dilarikan ke rumah sakit. Sedangkan Dirman diringkus keamanan dan haris meringkuk di penjara selama 30 bulan atau 2,5 tahun. Istimewanya Kiai Ali adalah beliau mau memaafkan Dirman meski telah diperlakukan seperti demikian.
Masih banyak perilaku Kiai Ali Maksum yang bisa diteladani oleh santri dan masyarakat umum. Untuk mendapat artikel menarik lain, kunjungi situs resmi Pewarta Harian Online Djawanews. Anda juga bisa mengikuti Djawanews melalui akun media sosial Instagram @djawanews dan melalui aplikasi Babe. Hubungi kami untuk membagikan foto, video, artikel, dan berita lainnya.