Djawanews.com—Ada kesulitan tersendiri bagi jutaan penderita tunanetra di India setelah lockdown dilonggarkan. Mereka yang sangat bergantung pada pertolongan dengan sentuhan kini terhalang oleh keharusan menjaga jarak demi mencegah penularan Covid-19.
Sebut saja misal seorang siswa tunanetra berusia 23 tahun di New Delhi, setelah pelonggaran lockdown, Jagan Negi memutuskan untuk berjalan mengunjungi Connaught Place di pusat kota. Perjalanan itu sangat berat baginya karena ia yang biasanya bergantung pada sentuhan, kini tidak bisa lagi.
“Saya mengenakan masker tetapi merasa sangat sulit untuk dinavigasi. Sangat sedikit orang yang secara sukarela membantu, dan itu membuat frustrasi,” kata Negi, dikutip Djawanews dari DW, Senin (29/06/2020).
Nugi juga menambahkan bahwa di tengah pandemi sangat sedikit yang membantunya menyeberang jalan karena khawatir tertular virus Covid-19.
Begitu juga terjadi pada Jasmine Singh, seorang akuntan. Saat ini bagi Jasmine, kegiatan membeli bahan makanan pokok menjadi sulit dan memalukan.
“Sebagai seseorang yang tidak bisa melihat, saya harus menyentuh benda dan permukaan lebih dari orang kebanyakan. Saya bisa melihat bahwa orang-orang merasa tidak nyaman karena suara berbisik yang mereka buat,” kata Jasmine.
Ada juga Vandita Anand yang bekerja sebagai seorang instruktur. Ia mengatakan bahwa tidak hanya orang lain menganggapnya sebagai pembawa virus, tetapi dia sendiri juga tidak dapat melihat apakah orang lain mematuhi aturan jarak fisik.
“Beberapa orang melihat saya dalam kategori berisiko tinggi dan orang-orang khawatir berada di sekitar saya. Kenyataan itu harus saya jalani. Saya pun tidak tahu apakah orang lain mengenakan masker dan tetap berada 1,8 meter dari saya,” katanya.