Djawanews.com – Bung Karno punya cara sendiri untuk merayakan Natal, salah satunya adalah dengan mengundang seorang Sinterklas ke Istana untuk menghibur anak-anak yang diundangnya.
Namun ada satu peristiwa yang cukup mengejutkan. Setelah Indonesia merdeka, beberapa warga Belanda masih ada di Indonesia. Mereka merayakan perayaan Sinterklas yang di Indonesia dirayakan tiap tanggal 5 Desember, padahal di negara lain dirayakan tiap tanggal 25 Desember.
Presiden RI-1 itu marah dan melarang warga Belanda merayakan perayaan Sinterklas pada tahun 1957. Kemarahannya terjadi karena Belanda tak mau pergi dari Irian Barat.
Dalam buku yang berjudul Tembak Bung Karno Rugi 30 Sen karya Walentina Waluyanti de Jonge, kemarahan Soekarno itu makin parah saat PBB memutuskan Irian Barat berada di tangan Belanda, tepatnya pada 29 November 1957.
Karena hal tersebut Bung Karno mengultimatum warga Belanda yang ada di Indonesia untuk segera pergi dari Indonesia. Ultimatum itu berdampak pada perayaan Sinterklas dan peristiwa itu terkenal dengan sebutan Sinterklas Hitam.
Karena desakan tersebut warga Belanda berbondong-bondong meninggalkan Indonesia dengan transportasi seadanya. Rumah mewah, harta, mobil, semua ditinggalkan di Indonesia. Mereka hanya membawa barang dan pakaian seadanya.
Warga Belanda merasa bingung apa yang harus mereka lakukan di negara asal mereka lantaran kehidupan mereka ada di Indonesia. Bahkan beberapa dari mereka tak pernah menginjakkan kaki di Belanda karena lahir di Indonesia.
Setelah sampai di Belanda, mereka disambut oleh Ratu Belanda, Juliana Louise Marie Wilhelmina van Oranje-Nassau. Sang Ratu memberikan mereka rumah dan berupaya membesarkan hati mereka.
Masih banyak kisah menarik lain terkait Bung Karno. Untuk mendapatkan informasi menarik lain, kunjungi situs resmi Warta Harian Djawanews. Anda juga bisa mengikuti kami melalui akun media sosial Instagram @djawanewscom dan melalui aplikasi Babe. Hubungi kami untuk membagikan foto, video, artikel, dan berita lainnya.