Bahasa Banjar merupakan bahasa Austronesia dan masuk dalam rumpun bahasa melayu yang digunakan oleh suku Banjar di Kalimantan Selatan, sebagai bahasa ibu.
Sama halnya dengan bahasa Indonesia, bahasa banjar juga memiliki kamus yang di dalamnya tercantum aturan, norma dan tata bahasa.
Keberadaan Kamus Bahasa Banjar sendiri tak lepas dari kegelisahaan Abdul Djebar Hapip Guru besar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin.
Saat itu, ia sedih dengan masyarakat Banjar yang sudah sangat jarang menggunakan bahasa ibu. Mereka tidak sadar bahwa bahasa yang mereka gunakan merupakan bahasa yang punya tata bahasa dan aturan tersendiri.
Djepar menilai, jika bahasa suatu etnis itu menghilang, maka hilang pulalah etnis tersebut. Oleh sebab itu, pendokumentasian bahasa Banjar sangat lah penting agar bahasa Banjar tetap lestari.
Keunikan bahasa banjar
Pada 1993, Abdul Djepar mendapatkan bantuan dari The Toyota Foundation untuk melakukan riset di beberapa daerah di Kalsel hingga ke Pegunungan Meratus untuk mendapatkan data mengenai bahasa asli orang pedalaman Banjar.
Tak hanya itu, ia juga sempat pergi ke Riau selama 3 minggu. Di sana, ia berinteraksi dengan penduduk Tambilahan Mura Tungkal dan Sapat yang kebanyakan berasal dari suku Banjar. Di tempat ini, ia menemukan bendahara bahasa Banjar Archais.
Saat riset, ia dibantu oleh mahasiswanya untuk mengumpulkan kosakata bahasa Banjar.
Salah satu masalah yang dihadapi oleh Djepar dalam menyusun kamusnya adalah bahasa lisan. Misalnya, dalam penyebutan suatu benda, penduduk yang beda daerah akan berbeda pula dalam penuturannya. Padahal benda yang disebut itu sama.
Yang membikin Djepar bingung, ia harus memutuskan penuturan mana yang dapat masuk dalam kamusnya.
Ada dua dialek besar yang ditemukan dalam bahasa banjar, yaitu, dialek bahasa Banjar Hulu dan bahasa Banjar Kuala.
Dalam dialek bahasa Banjar Hulu, huruf vokal yang digunakan hanya (a), (i) dan (u). Sedangakan Banjar Kuala menggunakan huruf vokal (a), (i), (u), (e), dan (o).
Yang menarik, dalam Kamus Bahasa Banjar, tidak ditemukan huruf F, Q,V dan Z sebab, F dan V dilebur ke P dan Q masuk ke K. adapun Z dilebut ke abjad S atau J.
Pada awalnya, kamus ciptaan Djebar hanya dicetak setebal 40 halaman, bentuknya kecil pula. Namun, berkat kegihihannya melakukan riset dan mengumpulkan kosakata baru, kini Kamus Bahasa Banjar telah mempunyai 205 + XXXIV halaman dengan berbagai macam warna sampul seusai dengan keinginan penerbit.