Djawanews.com - Hari Valentine selalu dirayakan setiap tanggal 14 Februari setiap tahun. Hari itu juga sering disebut "Hari Kasih Sayang".
Hari Valentine dirayakan dengan orang-orang terkasih, bertukar kado atau menghabiskan waktu bersama akan membuat hari penuh cinta ini semakin bermakna.
Namun ternyata, Hari Valentine memiliki sejarah kelam. Jauh dari kesan seperti yang terjadi seperti saat ini dengan penuh cinta.
Valentine's Day adalah gabungan tradisi Romawi Kuno dan Kristen. Awalnya, orang-orang Romawi merayakan festival di musim semi pada tanggal 15 Februari. Festival ini dinamakan Lupercalia.
Festival Lupercalia yang dikenal juga dengan festival kesuburan. Ini merupakan momen untuk menyucikan kota dari roh jahat yang mampu mendatangkan penyakit serta kemandulan.
Namun, saat masuknya agama Kristen, tanggal tersebut dipindahkan menjadi 14 Februari untuk menghormati martir Valentine.
Martir adalah sebuah kata yang berasal dari bahasa Yunani yang artinya 'saksi' atau 'orang yang memberikan kesaksian'. Kata ini umumnya dipakai untuk orang yang berkorban sampai mati demi kepercayaannya.
Di masa itu, seorang martir bernama Saint Valentine atau Santo Valentinus terbunuh karena berusaha membantu orang Kristen melarikan diri dari penjara Romawi. Ketika itu, Valentine yang merupakan imam Romawi, kepalanya dipenggal setelah tertangkap.
Beberapa lagenda lain menyebutkan sejarah Hari Valentine berawal karena sosok Saint Valentine yang meninggal secara tragis setelah menikahi pasangan muda secara diam-diam.
Orang-orang di masa itu lalu memperingati sebagai bentuk penghormatan pada kematian tragis Valentine.
Untuk mengetahui ragam perkembangan peristiwa regional, nasional dan mancanegara terupdate, ikuti terus rubrik Berita Hari ini di warta harian Djawanews. Selain itu, untuk mendapatkan update lebih cepat, ikuti juga akun Instagram @djawanews.