Batik Jawa Tengah memiliki banyak jenis dan variasi apalagi perkembangan seni membatik semakin maju. Namun untuk mengetahui seberapa kuno karya seni ini Anda harus melihat corak tertua di Jawa Tengah. Dua corak tersebut menjadi pondasi dari beberapa batik lain di Jawa Tengah.
Tidak hanya keindahannya yang memanjakan mata namun batik juga mengandung filosofi mendalam pada setiap coraknya. Akan lebih lengkap jika Anda menguasai teknik membatik dan juga mengetahui apa saja makna dibalik motif tersebut. Dengan begitu apresiasi terhadap peninggalan leluhur dapat semakin tinggi.
Dua motif paling tua di daerah Jawa Tengah adalah parang dan kawung dari Solo. Keduanya merupakan batik dari Jawa Tengah tertua yang dapat ditelusuri menurut sejarah. Kedua motif tersebut juga memiliki filosofi mendalam warisan dari para leluhur kepada penerusnya.
Motif Kawung, Batik Jawa Tengah dari Abad 9 Masehi
Motif kawung jika dilihat dari runtutan sejarah merupakan batik tertua yang sudah ada sejak abad 9 masehi. Corak ini terinspirasi dari bentuk buah aren yang dibelah dua namun filosofinya tidak seringan coraknya. Sebagai salah satu motif tertua kawung memiliki makna sangat mendalam.
Secara bentuk sendiri batik Jawa Tengah ini memiliki makna kesempurnaan dan kesucian. Bulatan dalam corak kawung dibuat sempurna dan memiliki warna cerah yang melambangkan kesucian. Corak ini juga merupakan doa bagi pemakainya agar dituntun pada cara hidup yang baik dan suci.
Jika diterjemahkan dari namanya sendiri kawung sangat identik dengan kata suwung memiliki arti kosong. Dalam budaya Jawa prinsip kekosongan artinya sebuah jalan tengah yang tidak memihak pada kiri dan kanan. Insan tersebut mampu mengatur keseimbangan dalam hidupnya.
Sehingga kekosongan dalam perjalanan hidupnya tersebut memiliki arti kesempurnaan karena sudah tidak ada lagi yang harus dicapai. Dalam kata lain seseorang sudah dikatakan sempurna dalam ketenangan batinnya. Hal ini adalah tujuan dari kebanyakan pertapa zaman dahulu yang sedang mencari ilmu.
Motif Parang, Pertempuran Tidak Hanya di Medan Perang
Beberapa pakar menyebutkan bahwa batik jawa tengah ini lebih tua dibandingkan motif kawung. Namun bukti yang hingga saat ini didapatkan menyatakan bahwa batik ini sedikit lebih muda dibandingkan motif kawung. Penggunanya sendiri terbatas pada para bangsawan dan ksatria.
Batik parang memiliki filosofi pantang menyerah dalam setiap pertempuran inilah mengapa motif ini hanya boleh digunakan oleh para bangsawan dan para ksatria. Karena hanya dua golongan tersebut yang dianggap pantas mengemban bakti pada motif parang sebagai sebuah simbol pertempuran.
Bagi pemakainya motif batik dari Jawa Tengah ini melambangkan pertempuran yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Tidak perlu menumpahkan darah untuk dapat disebut pertempuran, menahan hawa nafsu dan amarah merupakan pertempuran sehari-hari yang harus dilakukan oleh para pemakainya.
Bakti pada batik ini melambangkan kesetiaan para ksatria dan raja pada prinsipnya untuk menjunjung tinggi kehidupan yang sempurna. Pertarungan melawan hawa nafsu sama hebatnya dengan pertarungan mengangkat senjata. Inilah mengapa motif parang menjadi simbol bagi para raja dan ksatria.
Dari kedua motif tertua itu saja sudah dapat diambil banyak sekali pelajaran dalam kehidupan. Anda sebagai generasi penerus dan pewaris dari leluhur hanya perlu memahami dan melestarikan warisan budaya tersebut. Jangan sampai batik Jawa Tengah tergerus perkembangan zaman.