Djawanews.com – Sebuah penelitian terbaru dari University of Arizona mengungkap bahwa perempuan memang sedikit lebih banyak berbicara daripada laki-laki, meskipun perbedaannya tidak sebesar yang selama ini diyakini oleh masyarakat. Studi ini juga membantah anggapan lama bahwa perempuan jauh lebih cerewet daripada laki-laki, yang sering kali dianggap sebagai fakta tanpa bukti ilmiah yang kuat.
Peneliti awalnya melihat penurun jumlah rata-rata kata yang diucapkan perhari. Antara 2005 hingga 2018, para peneliti mengungkap bahwa jumlah rata-rata kata yang diucapkan per hari menurun dari 16.000 menjadi sekitar 13.000 kata. Penurunan ini diduga berkaitan dengan meningkatnya ketergantungan masyarakat pada alat komunikasi digital, seperti pesan teks dan media sosial.
"Kami melakukan analisis menyeluruh dengan melihat tahun data dikumpulkan dan menemukan bahwa, memang sekitar 300 kata yang diucapkan hilang setiap tahunnya," jelas Valeria Pfeifer, penulis utama studi dari Universitas Arizona, dalam sebuah pernyataan, dikutip dari laman Study Finds pada Selasa, 11 Februari.
Penurunan signifikan dalam komunikasi verbal ini mendorong para peneliti untuk memeriksa lebih dekat seberapa banyak orang sebenarnya berbicara, serta apakah asumsi umum mengenai perbedaan gender dalam berbicara terbukti secara ilmiah.
Selama beberapa dekade, anggapan bahwa perempuan lebih banyak bicara daripada laki-laki telah diterima begitu saja, muncul dalam segala hal mulai dari pepatah kuno hingga buku-buku pengembangan diri modern.
Melalui analisis 631.030 rekaman dari 2.197 peserta di empat negara, penelitian yang diterbitkan di Journal of Personality and Social Psychology ini mengungkap siapa yang sebenarnya lebih banyak berbicara.
"Terdapat anggapan yang kuat secara lintas budaya bahwa perempuan berbicara jauh lebih banyak daripada pria. Kami ingin melihat apakah asumsi ini benar ketika diuji secara empiris," catat Colin Tidwell, penulis utama studi dan kandidat doktor psikologi klinis, dalam sebuah pernyataan.
Angka-angka menunjukkan bahwa perempuan memang sedikit lebih banyak berbicara, rata-rata sekitar 3.349 kata per hari dibandingkan dengan 11.950 kata pada pria. Perbedaan kecil sebanyak 1.073 kata ini terbilang kecil jika dibandingkan dengan variasi individu dalam berbicara harian, yang bisa berkisar antara kurang dari 100 hingga lebih dari 120.000 kata per hari.
Yang lebih menarik adalah bagaimana perbedaan gender ini bervariasi sepanjang tahap kehidupan. Peneliti membagi peserta ke dalam kelompok usia, yakni remaja (10-17), dewasa muda (18-24), dewasa awal/menengah (25-64), dan dewasa lanjut (65+).
Hanya satu kelompok yang menunjukkan perbedaan signifikan. Dewasa antara 25 hingga 64 tahun menunjukkan kesenjangan gender terbesar, dengan wanita berbicara sekitar 21.845 kata per hari dibandingkan dengan 18.570 pada pria.
"Perbedaan terkait gender dalam pengasuhan anak dan perawatan keluarga adalah salah satu kemungkinan yang dapat menjelaskan perbedaan ini," jelas Matthias.
"Jika faktor biologis seperti hormon menjadi penyebab utama, perbedaan gender yang besar seharusnya juga ada di antara dewasa muda. Jika perubahan generasional masyarakat yang menjadi pendorong, perbedaan gender seharusnya semakin besar pada peserta yang lebih tua. Namun, keduanya tidak terjadi," timpal Mehl, penulis senior dan profesor psikologi di Universitas Arizona.
Tren penurunan total waktu berbicara ini memiliki implikasi yang lebih luas untuk kesehatan dan kesejahteraan manusia. Interaksi sosial melalui percakapan memainkan peran penting dalam kesehatan mental dan fisik, serupa dengan olahraga atau tidur.
Sebagai respons, para peneliti mengembangkan alat baru seperti perangkat 'SocialBit', mirip dengan Fitbit yang akan mengukur waktu percakapan harian tanpa merekam kontennya.
"Saya tertarik dengan gagasan bahwa kita tahu seberapa banyak tidur yang dibutuhkan, kita tahu seberapa banyak kita perlu berolahraga, dan orang-orang memakai Fitbit sepanjang waktu, tetapi kita tidak tahu seberapa banyak kita seharusnya bersosialisasi," kata Mehl.
"Bukti sangat kuat bahwa bersosialisasi terkait dengan kesehatan, setidaknya sama pentingnya dengan aktivitas fisik dan tidur. Ini hanyalah perilaku kesehatan lainnya." tambahnya.