Djawanews.com – Selama ini, banyak yang menganggap introvert adalah orang yang pemalu atau tidak suka bersosialisasi. Padahal, kepribadian ini lebih kompleks dari sekadar suka menyendiri. Introvert cenderung mengisi ulang energi mereka dengan menghabiskan waktu sendiri dibandingkan berada di tengah keramaian.
Yang menarik, ternyata ada empat jenis introvert yang memiliki karakter unik masing-masing. Berikut penjelasan lengkapnya.
- Introvert sosial
Introvert sosial, memiliki karakter dalam menyukai hubungan sosialnya. Yaitu memilih kelompok yang kecil dan orang-orang yang dikenalnya saja. Meski mereka bisa merasa baik-baik saja dalam kelompok besar, tetapi tidak yakin dengan apa yang harus dilakukan dalam berinteraksi dalam kelompok tersebut. Ini karena tidak mengenal semua orang di kelompok besar dan lebih nyaman dengan pertemuan kecil atau percakapan satu lawan satu.
Kepribadian introvert sosial juga menikmati aktivitas menyendiri dan tidak merasa kesepian saat sendirian. Mereka akan terkuras energinya ketika interaksi sosial yang lama, sekalipun dalam momen bersenang-senang. Melansir Huffpost, Selasa, 18 Februari, introvert sosial disarankan pakar untuk terlibat dalam pertemuan kecil sehingga dapat terhubung dengan beebrapa orang dari waktu ke waktu. Kedua, tetapkan ekspektasi yang jelas dengan orang-orang terkasih sehingga membuat mereka berkontribusi dan membantu mereka mengerti apa yang dituju bersama. Ketiga, kenali dan hormati batasan diri sehingga tetap sehat secara mental.
- Introvert yang berpikir
Tipe introvert kedua, tampaknya suka melamun dan berpikir. Aktivitas ini membuat mereka yang punya kepribadian ini, tidak merasa kewalahan atau tertekan. Menurut para terapis, karakter introvert yang berpikir, di antaranya sering melamun atau berfantasi, terlibat dalam refleksi mendalam, sangat introspektif dan sadar diri, menikmati aktivitas soliter yang kreatif atau melibatkan pikiran seperti menulis, melukis, atau membuat teka-teki. Mereka juga mungkin akan kewalahan ketika dalam forum diskusi yang serba cepat.
Terapis menyarankan, si introvert yang berpikir ini perlu menemukan keseimbangan antara interaksi sosial dan kebutuhan diri untuk menyendiri. Ditambah lagi, jangan takut untuk berbagi ide dengan orang lain, karena ini akan memberi ruang imajinasi.
- Introvert yang cemas
Mereka yang punya kepribadian introvert tipe ketiga ini, seperti menghabiskan waktu untuk meyakinkan diri, mengkhawatirkan interaksi yang akan dilalui nanti, dan lebih cemas. Menurut para terapis, tanda-tanda introversi cemas, meliputi: merasa gugup atau rendah diri sebelum atau selama acara sosial; menghindari atau takut akan interaksi sosial karena takut dipermalukan atau dihakimi; menganalisis secara berlebihan pertemuan sosial di masa lalu; dan memutar ulang interaksi sosial di kepala. Mereka juga merasa lebih nyaman berada di lingkungan yang sudah dikenal atau dengan orang-orang yang dipercaya. Nah, itu juga membuat mereka ragu mendekati orang baru.
Saran para terapis, lakukan secara bertahap untuk terbuka dalam situasi sosial. Temukan tempat yang nyaman atau seseorang yang suportif sehingga memberdayakan orang di dekatnya. Penting juga untuk mengatasi pikiran dan rasa cemas, misalnya dengan berlatih bicara dengan orang lain dan melawan self-talk negatif.
- Introvert yang terkendali
Tentu saja mengontrol semua hal itu melelahkan. Ini yang pertama kali menggambarkan karakter kepribadian introvert yang terkendali atau the restrained introvert. Ini sebenarnya merupakan upaya dalam melindungi diri. Tetapi mereka yang memiliki kepribadian ini perlu mempersiapkan mental yang lama untuk menerima sesuatu yang tak terduga atau bahkan hanya untuk ke luar bersosialisasi.
Karakter kepribadian introvert yang terkendali ini, antara lain: lebih suka mengamati sebelum berpartisipasi, memerlukan waktu untuk merasa nyaman dengan kelompok baru, tidak suka “dipaksa”, meluangkan waktu untuk membuat keputusan dan menanggapi pertanyaan, bertindak dengan hati-hati dan metodis, lebih suka berpikir dulu sebelum bertindak, dan menghargai rutinitas dan sesuatu yang terprediksi. Mereka akan rileks ketika interaksi sosial berakhir. Menurut para terapis, kepribadian ini perlu menantang diri secara lembut untuk lebih terlibat. Mereka juga perlu mengkomunikasikan kebutuhan dan melakukan percakapan yang nyaman, seperti lewat tulisan.
Tidak ada karakteristik tipe kepribadian yang paling sempurna daripada yang lain, kata terapis dan peneliti yang memahami tentang trauma, Amelia Kelley. Karena semua kepribadian memiliki kekuatan dan karakteristik beragam yang berkontribusi bermakna dalam relasi sosialnya.