Djawanews.com – Orangtua harus belajar menghargai privasi anak seiring tumbuh kembannya menjadi remaja. Faktanya, memiliki privasi diperlukan anak remaja agar mereka dapat belajar tentang otonomi dan individualitas. Dalam hal ini, memberi anak lebih banyak kebebasan jadi hal penting dalam membantu mereka tumbuh dan mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan saat dewasa nanti.
Seiring anak bertumbuh, mereka tentu menginginkan lebih banyak tanggung jawab serta kemandirian. Mereka ingin dipercaya melakukan hal yang lebih dibandingkan saat kecil dulu dan senang dianggap sebagai orang dewasa. Selain itu, anak remaja Anda juga ingin orang tua bisa menghormati pendapat dan keinginan mereka.
Melansir Very Well Family, Rabu, 25 Januari, Angela Lamson, PhD, LMFT, seorang terapis keluarga di Greenville, North Carolina menyatakan setidaknya ada empat hal yang sebabkan anak remaja menjaga privasinya dari orang tua. Hal tersebut yaitu;
Ruang untuk Mengembangkan Minatnya
Seiring bertambahnya usia remaja, mereka menghadapi tantangan besar. Seperti mencari jati diri, menentukan mana yang cocok dan tidak bagi mereka, serta apa yang ingin dilakukan dalam hidup. Otak mereka juga berkembang pesat. Keterampilan berpikir, minat sosial, dan kehidupan romantis tentu makin luas cakupannya. Dan semua hal ini akan sulit dipelajari anak jika orang tua tidak memberikan privasi.
Menghormati Kesopanan
Ingat juga bahwa dalam usia ini anak remaja pun mengalami perubahan fisik yang cepat. Sehingga, penting menjaga kesopanan di hadapan orang tua. Seorang anak yang dulunya tak masalah mengganti baju depan orang tua. Kini saat remaja, mungkin merasa lebih nyaman berganti pakaian di dalam ruangan sendirian.
Selain itu, mereka juga cenderung mengunci pintu kamar tidur atau kamar mandi untuk memastikan orang tua memahami privasi. Tak perlu berkecil hati jika anak bersikap demikian sebab ini bagian normal tumbuh sebagai remaja.
Membangun Kepercayaan diri
Ketika remaja diberi privasi, itu artinya orang tua ikut membantu anak jadi lebih mandiri juga membangun rasa percaya diri mereka. Sebagai orang tua, berusahalah menyeimbangkan antara mengetahui apa yang dilakukan anak, mempercayai aktivitas mereka, dan mengetahui kapan harus turun tangan.
Meminimalisir konflik
Saat anak merasa privasi mereka direnggut orang tua, maka bersiaplah menghadapi konflik sesering mungkin. Anak akan merasa kalau orang tua tetap menilainya sebagai anak kecil jika tidak diberi kepercayaan.
Perlu diingat, memberi privasi pada anak tidak sama dengan membebaskan tiap perilakunya. Menghadirkan terlalu banyak ruang dan waktu tanpa pengawasan pun bisa menimbulkan masalah di kemudian hari. Oleh sebab itu, carilah cara menyeimbangkan kebutuhan privasi anak dan kebutuhan Anda dalam memastikan keselamatan dan keamanan anak.