Djawanews.com – Permintaan tanaman hias akhir-akhir ini sedang meroket. Sejumlah primadona baru pun muncul untuk diburu, seperti keluarga aglaonema, syngonium, lidah mertua, monstera deliciosa, dan yang sedang hangat, monstera adansonii variegata atau janda bolong. Harganya bervariasi, mulai dari puluhan ribu hingga puluhan juta rupiah.
Melihat hal tersebut, tak sedikit orang terarik untuk menanamkan modalnya di dunia tanaman hias. Menurut Andi Nugroho, perencana keuangan dari Mitra Rencana Edukasi (MRE), masa seperti saat ini memang menjadikan tanaman hias sebagai salah satu instrumen investasi yang menjanjikan. Meski begitu, lanjutnya, beberapa hal perlu diperhatikan terkait investasi tersebut.
"Iya, bisa jadi alat investasi baru yang lagi tren. Kalau ditanya bisa datangkan keuntungan tidak? Ya bisa. Tapi harus hati-hati, harus bijak," ungkapnya, Jumat (02/10/2020), CNNIndonesia.com. Dia menghitung, keuntungan dua hingga tiga kali dari harga beli tanaman hias, apalagi kalau termasuk golongan langka. Sejumlah tips diberikan oleh Andi bagi yang ingin berinvestasi tanaman hias.
- Investasi Jangka Pendek
Menuru Andi, kriteria investasi tanaman hias adalah investasi jangka pendek. Hal tersebut disebabkan oleh perkembangan keuntungan dari kenaikan harga didorong oleh tren yang sedang berkembang.
"Kalau mau masuk ke investasi ini bisa, tapi jangka pendek saja, karena sejak pandemi ini memang ada beberapa hal yang tren dan bisa datangkan keuntungan, tapi ketika pandemi selesai, kan belum tentu," ungkapnya.
- Gerak Cepat
Tanaman hias bergerak dengan tren maka untuk mendapatkan keuntungan harus diolah dengan langkah yang cepat. Segera beli tanaman hias, dirawat, kemudian kembali dijual dalam waktu kurang lebih kurang dari sebulan.
"Yang penting barang yang sudah terbeli, jangan terlalu lama untuk langsung dijual, mumpung masih tren. Soalnya tren suka tidak mudah ditebak kapan berakhirnya," terang Andi.
- Modal
Masih terkait dengan tren, Andi mengatakan bahwa modalnya jangan terlalu besar. Jika modal terlalu besar kemudian trennya habis, kerugian yang didapat.
"Harus bisa menakar kemampuan modal, jangan semua uang 'nganggur' untuk beli tanaman hias, maksimal 30% saja, karena ini kan musiman, sesuai tren, jangka pendek. Jangan 'nyetok' banyak-banyak. Jangan sampai sudah beli banyak, habis itu tidak tren lagi, nanti rugi," jelas Andi.
- Risiko
Risiko kerugian terbesar investasi tanaman hias adalah tanaman mati sebelum dijual lagi. Untuk itu, ungkap Andi, diperlukan keandalan mitigasi risiko, salah satu yang penting adalah tahu cara perawatan tanaman.
"Pelajari juga cara merawatnya, berapa minim siramnya, kena mataharinya, pupuknya, dan lainnya, misalnya risiko dicabutin oleh anak," tandasnya.
Jika Anda ingin mendapatkan informasi terkini lain tekait ekonomi, bisnis, perkembangan pasar, dan dunia usaha, ikuti terus Warta Harian Nasional Djawanews. Selain itu, untuk mendapatkan informasi cepat dan menarik, jangan lupa ikuti Instagram @djawanescom.