Djawanews.com – Servarius Bambang Pranoto tak pernah menduga bahwa musibah yang ia alami justru akan mengantarkannya kepada kesuksesan besar. Di tahun 2011 ia masih murung karena kakinya yang tak kunjung sembuh. Beberapa tahun setelahnya, ia tidak hanya sembuh, bahkan berhasil menemukan Minyak Kutus-Kutus yang terjual sebanyak 5,7 juta botol per tahun.
Sejarah Minyak Kutus-Kutus
Kedua kakinya memang sempat lumpuh karena terjatuh. Putus asa merundung dirinya karena dari tukang pijat hingga dokter tak mampu menyembuhkan kakinya. Ia tak lantas berputus asa. Pria kelahiran 13 Mei 1955 itu kemudian merenung dan bermeditasi. Dari hasil perenungannya ia menemukan ide untuk membuat minyak herbal.
“Saya menyebutnya sebagai konsep pohon kehidupan yang terdiri atas tujuh unsur dari tujuh tanaman sehingga totalnya ada 49 bahan bumbu masak yang hampir semuanya saya temui di bukit belakang rumah saya, di sebuah desa di Kabupaten Gianyar, Bali. Bahan-bahan tersebut kemudian saya racik sendiri dari rumah,” kata Bambang kepada Jaringan Informasi Bisnis Indonesia (JIBI) yang dikutip Djawanews dari Harian Jogja.
Bambang memang memiliki bekal pengetahuan tentang ramuan tradisional. Bahkan ia telah akrab dengan jamuan dan herbal sejak 1988. Setelah mengumpulkan informasi ramuan herbal dari berbagai daerah, ia kemudian membuat minyak. Minyak ini yang jadi cikal bakal Kutus-Kutus.
Minyak ini tidak hanya berhasil menyembuhkan kakinya, namun juga teman dan keluarganya. Khasiat yang dirasakan orang terdekat membuat mereka memaksa Bambang untuk menjualnya ke umum.
Pria yang kini menetap di Bali itu sempat melakukan riset untuk menyempurnakan produknya. Riset dimulai sejak tahun 2012 hingga 2013. Setelah berhasil, mulailah ia menjual Minyak Kutus-Kutus yang dalam bahasa Bali artinya 88.
Awal usaha memang merasa minder. Ia merasa tidak yakin akan menjual produknya. Terlebih penjual minyak dan obat memiliki predikat jelek di masyarakat sekitar. Stigma orang tanpa sadar mempengaruhi semangat Bambang,
“Sejak usia 25 tahun saya bekerja sebagai marketing di perusahaan internasional yang terkenal dan saya memang terbilang sukses, tapi masak sudah pensiun tetap jualan, yang dijual minyak pula sehingga mental saya tidak siap. Akhirnya ya tidak ada yang laku produk awal saya,” kata Alumnus SMA Kolese De Britto Jogja.
Ia kemudian mencari seorang distributor yang membantu memasarkan produknya. Pada awalnya ia memproduksi 500 botol. Masalah penjualan ia serahkan kepada distributornya yang semua dilakukan melalui media sosial.
Perlahan tapi pasti, produk Bambang dapat diterima oleh masyarakat. Ia mulai memiliki jaringan dan penggemar. Bahkan pada 2014, ia mengadakan pertemuan pertama dengan resellernya. Saat itu penjualan telah mencapai ribuan botol.
Bambang sendiri menjual Minyak Kutus-Kutus kepada reseller seharga Rp100.000. Dengan harga itu ia berhasil meraih omzet hingga miliaran rupiah. Sepanjang tahun 2019, Bambang juga mengaku berhasil menjual 5,7 juta botol Minyak Kutus-Kutus.