Jakarta, (13/01/2020) – Di tengah perselisihan antara Amerika Serikat (AS) dan Iran, nilai tukar rupiah malah menunjukkan taringnya. Tren positif tersebut sudah berlangsung sejak satu pekan belakangan ini.
Dilansir dari Detik Finance, nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah pada pagi ini berada di level Rp13.679. Angka tersebut tercatat lebih tinggi jika dibandingkan penutupan perdagangan akhir pekan lalu (10/01) yang berada pada level Rp13.744.
Tercatat, penguatan rupiah terhadap dolar sudah terjadi dalam satu pekan terakhir. Mulai 6 Januari lalu, rupiah sudah berada pada level Rp13.940 dan terus menguat hingga hari ini pada level Rp13.679.
Yang membuat Nilai Tukar Rupiah Menguat
Menguatnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara lain, disebabkan oleh membaiknya kondisi pasar global. CNBC Indonesia melakukan analisis jika salah satu faktor membaiknya sentimen global adalah berakhirnya perang dagang antara AS dan China.
Meskipun dalam beberapa pekan ini tensi antara AS dan Iran kian memanas, berakhirnya Perang Dagang membuat rupiah semakin mendapatkan suntikan untuk terus menguat.
Rencananya pada hari Rabu 15 Januari 2020, AS dan China akan menandatangani kesepakatan dagang fase I. Tentu hal tersebut adalah yang dinanti-nantikan dunia dan diharapkan dapat mengakhiri perseteruan kedua negara yang sudah berlangsung sejak tahun 2018. Sebagaimana diketahui, Perang Dagang telah membuat ekonomi global bergerak melambat.
Masih dari sumber yang sama, melalui kesepakatan Dagang Fase I, Presiden AS Donald Trump menyatakan jika bea masuk impor China yang sekarang memiliki nilai 15%, kedepannya akan dipangkas menjadi 7,5% saja.
Kemudian Trump juga menyebutkan jika China akan segera memulai hubungan ekonomi lagi dengan AS, yaitu dengan pembelian produk agrikultur yang berasal dari AS dengan nilai mencapai US$ 50 miliar.
Meskipun perang dagang antara AS dan China tidak lagi memanas dan akan segera berakhir. Konflik yang terjadi di Timur Tengah juga patut diwaspadai, karena jika perang meletus, tentu membuat kondisi ekonomi global kian melemah dan nilai tukar rupiah dapat terdampak kembali.