Djawanews.com – Devisa pariwisata Indonesia mengalami penyusutan menjadi US$3,54 miliar atau sekitar Rp51,2 triliun (kurs Rp14.462 per dolar AS) sepanjang tahun 2020, dari tahun sebelumnya sebesar US$16,9 miliar.
Pandemi Covid-19 jadi musebab terjadinya penyusutan sebesar 80 persen tersebut.
Hal ini disampaikan langsung oleh Deputi Bidang Kebijakan Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf) Raden Kurleni Ukar dalam diskusi virtual bertajuk 'Mendobrak Inersia Pemulihan Ekonomi' yang diselenggarakan CORE Indonesia, Selasa (27/4).
"Devisa yang diproyeksikan turun hampir 80 persen menjadi hanya US$3,54 miliar. Turunnya devisa pariwisata disebabkan anjloknya kunjungan wisatawan mancanegara dari 11,6 juta pada 2019 menjadi hanya 4,05 juta di tahun lalu,” jelas Ukar.
"Kunjungan wisatawan terjun bebas ke angka 4,05 juta atau turun hampir 75 persen," tambahnya.
Kendati kehilangan turis asing, sektor pariwisata Indonesia beruntung masih dapat mengandalakan wisatawan domestik dalam jumlah terbatas.
"Kami bersyukur masih mempunyai wisatawan domestik yang cukup tinggi sehingga diperkirakan masih ada 198 perjalanan di 2020. Laporan dari Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), jumlah wisatawan domestik 2020 mengalami penurunan 40 persen pada kuartal II, 30 persen pada kuartal III dan 20 persen pada kuartal IV," kata Ukar.
Untuk mengetahui ragam perkembangan peristiwa regional, nasional dan mancanegara terupdate, ikuti terus rubrik Berita Hari ini di warta harian Djawanews. Selain itu, untuk mendapatkan update lebih cepat, ikuti juga akun Instagram @djawanews.