Hari ini, Jumat (31/1/2020) Inggris resmi memulai babak baru dalam sejarahnya selama hampir setengah abad dengan mengakhiri keanggotaannya dalam blok Uni Eropa (UE). Dengan demikian Inggris menjadi negara pertama yang meninggalkan blok persatuan negara-negara Eropa tersebut.
Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, dengan optimis mengatakan bahwa Brexit bukan akhir tetapi awal baru Inggris menghadapi masa depan yang cerah.
Penuh Haru Negara-negara Persatuan Uni Eropa Mengiringi Keluarnya Inggris
Inggris masuk dalam blok Uni Eropa sejak 1973. Dengan keluarnya Inggris dari UE, warga Inggris hanya akan dapat bekerja dan berdagang secara bebas dengan negara-negara UE hingga 31 Desember tahun ini. Brexit ini juga secara otomatis akan berpengaruh pada perekonomian Indonesia.
Keluarnya Inggris dari blok UE mengundang haru negara-negara persatuan blok tersebut. Pada sidang yang berlangsung di Brussels, Belgia, Kamis (30/1), Parlemen Eropa (Members of the European Parliament/MEPs) mereka bergandengan tangan dengan berurai air mata dan menyanyikan Auld Lang Syne.
Presiden Parlemen Eropa, David Sassoli, sangat berat melepas Inggris, baginya sungguh aneh Inggris yang menempati benua Eropa keluar dari UE.
“Kalian meninggalkan Uni Eropa, tetapi kalian akan selalu menjadi bagian dari Eropa… Sangat sulit untuk mengucapkan selamat tinggal. Itulah sebabnya, seperti kolega saya, saya akan mengatakan sampai jumpa lagi,” kata Sassoli.
Selain itu, beberapa anggota parlemen Inggris juga berharap Inggris akan kembali suatu hari nanti.
Sementara itu, Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson mendukung Brexit dan berjanji untuk memimpin negara itu ke masa depan yang cerah.
“Ini bukan akhir tetapi awal. Ini adalah saat ketika fajar menyingsing dan tirai naik untuk sebuah tindakan baru,” kata Johnson.
Parlemen Eropa meratifikasi Perjanjian Penarikan Brexit dengan hasil pemungutan suara 621 suara mendukung dan 49 menolak.