Djawanews.com – Isu resesi ekonomi santer dibicarakan di berbagai media massa sejak pandemi virus Covid-19 menerpa ekonomi dunia. Hingga hari ini sudah banyak negara yang melaporkan penurunan ekonomi yang disebabkan karena virus ini.
Beberapa negara telah melaporkan mengalami resesi ekonomi. Tak tanggung-tanggung, negara yang melaporkan adanya penurunan justru berasal dari negara maju seperti Korea Selatan, Jerman, Prancis, Singapura, Italia, bahkan Amerika Serikat.
Dari sini kemudian timbul pertanyaan mengenai pengertian dari resesi ekonomi, penyebab, dampak, dan sebagainya.
Pengertian Resesi Ekonomi
Secara umum, resesi ekonomi adalah lesunya ekonomi suatu wilayah. Wikipedia mendeskripsikan fenomena ekonomi tersebut sebagai sebuah kondisi di mana produk domestik bruto (GDP) mengalami penurunan atau pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal secara berturut-turut atau lebih dari setahun.
Dilansir dari Forbes, (15/7/2020), resesi diartikan sebagai sebuah penurunan yang signifikan dalam kegiatan ekonomi yang berlangsung dalam hitungan bulan atau tahunan.
Selama resesi, roda ekonomi akan berjuang agar tetap berputar, masyarakat mulai kehilangan pekerjaan, target penjualan perusahaan menurun, pendapatan negara menurun, dan sebagainya. Yang jelas resesi ini akan menyebabkan adanya penurunan secara simultan pada hampir semua aktivitas di sektor ekonomi.
Resesi ekonomi akan berakibat pada munculnya efek domino di setiap kegiatan ekonomi, termasuk berkurangnya investasi saat resesi ekonomi. Jika terjadi hal itu, maka tingkat produksi suatu produk atau komoditas juga bakal menurun. Akibatnya, perusahaan terpaksa melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK), sehingga banyak pekerja akan menganggur.
Banyaknya pengangguran akan menyebabkan turunnya daya beli masyarakat. Jika daya beli turun, maka perusahaan, penjual, atau pebisnis, akan kehilangan keuntungan dan bisa berakibat pada PHK lagi.
Saat terjadi resesi ekonomi pakar mengaitkannya dengan adanya penurunan harga-harga yang disebut dengan deflasi atau bisa juga terjadi inflasi, yakni kenaikan secara tajam terhadap harga produk atau komoditas tertentu.
Penyebab Resesi Ekonomi
Ada banyak faktor yang menjadi penyebab resesi ekonomi yang dialami sejumlah negara, yakni sebagai berikut.
-
Ekonomi yang Berguncang
Salah satu penyebab resesi adalah adanya guncangan ekonomi yang terjadi secara tiba-tiba yang terkait dengan keuangan. Misalnya yang terjadi pada tahun 1970-an, saat OPEC memutus pasokan minyak tanpa ada aba-aba atau secara tiba-tiba. Tahun 2020 ini juga bisa dikatakan sebagai penyebab resesi karena tiba-tiba mewabah di seluruh dunia.
-
Utang yang Kelewat Batas
Saat seseorang atau sebuah perusahaan memutuskan hutang dan tanpa sadar hutangnya melampaui batas. Keadaan tersebut akan membuat peminjam akan kesulitan membayar hutang dan berdampak pada bangkrut.
-
Gelembung Aset
Gelembung aset terjadi saat seorang investor terlalu percaya diri dengan investasi yang dia lakukan. Saat itu investor akan berinvestasi besar-besaran dan membuat pasar saham mengelembung. Saat gelembung ini pecah, maka pasar bakal kalangkabut dan menyebabkan kepanikan, lalu berdampak pada ekonomi.
Dampak Resesi Ekonomi
Dampak resesi ekonomi banyak ditakutkan oleh masyarakat. Lalu, apa saja dampaknya?
-
Muncul Ketakutan
Dampak paling dasar adanya resesi adalah muncul ketakutan, kekhawatiran, dan sentimen negatif terhadap ekonomi. Ketakutan pasar akan membuat ekonomi lesu yang berimbas pada penurunan gairah ekonomi.
-
Daya Beli Turun
Penurunan ekonomi akan menyebabkan daya beli masyarakat turun lalu membuat perusahaan tak mendapatkan laba.
-
PHK
Saat terjadi resesi, banyak perusahaan yang akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). Hal ini merupaka efek domino dari resesi ekonomi.
-
Produksi Barang dan Jasa Anjlok
Tidak hanya PHK, produktifitas perusahaan atas barang dan jasa mereka akan turun secara drastis. Bahkan bisa berujung pada bangkrutnya perusahaan.
-
Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional Turun
Saat PDB turun kemungkinan besar berimbas ke berbagai sektor seperti macetnya kredit perbankan, inflasi yang sulit dikendalikan, terjadi deflasi, neraca perdagangan minus, dan serangkaian hal buruk lainnya.
Perbedaan dengan Depresi Ekonomi
Dari pengertian resesi ekonomi di atas kemudian muncul pertanyaan tentang perbedaan resesi ekonomi dan depresi ekonomi.
Dua hal tersebut sebenarnya tak terlalu jauh berbeda karena masih dalam satu rangkaian sebab dan akibat. Secara umum, depresi ekonomi adalah dampak buruk yang dialami suatu negara atau wilayah dalam jangka panjang karena resesi ekonomi tak teratasi.
Artinya, jika Indonesia tak segera mengatasi resesi ekonomi, maka Indonesia akan mengalami depresi ekonomi. Hal itu berakibat pada kebangkrutan ekonomi atau ekonomi kolaps. Jika begini, pemulihan ekonomi akan sangat sulit dilakukan.
Yang Harus Dilakukan Jika Indonesia Mengalami Resesi Ekonomi
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II tahun 2020 ini adalah -5,32%. Jika pertumbuhan ekonomi Indonesia kembali minus di kuartal III tahun 2020, Indonesia dipastikan masuk ke jurang resesi ekonomi. Lalu apa yang harus dilakukan masyarakat?
- Siapkan Dana Darurat
Ada kemungkinan Anda adalah salah satu orang yang terkena PHK. Jika sekiranya tak terdampak, segera siapkan dana darurat yang liquid atau mudah digunakan setiap saat.
- Jangan Terlalu Boros
Tidak ada yang tahu bagaimana kondisi ekonomi ke depan saat resesi ekonomi terjadi. Oleh karenanya dana yang dimiliki sebaiknya digunakan sebaik mungkin. Jangan terlalu boros berbelanja.
- Waspada dengan Segala Kemungkinan
Resesi ekonomi berakibat pada PHK masal dan hal itu akan berefek pada banyak hal, salah satunya adalah meningkatnya angka kejahatan. Usahakan Anda terus waspada terhadap segala kemungkinan kejahatan yang terjadi di sekeliling Anda.