Djawanews.com – Perusahaan Accenture yang bergerak di bidang konsultan manajemen dan layanan teknologi berencana melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 19 ribu karyawannya. Jumlah PHK tersebut setara dengan 2,5 persen jumlah total karyawan seluruh dunia yang mencapai 738 ribu pegawai.
Lebih dari separuh posisi yang dipangkas merupakan staf di bagian back office. Opsi ini dilakukan untuk memangkas biaya perusahaan di tengah ketidakpastian ekonomi.
Kemudian, dana sebesar US$300 juta juga dipersiapkan untuk memodifikasi ruang kantor.
Dalam laporan kuartalan terbarunya kepada Securities and Exchange Commission, pihak perusahaan menyebut mereka terus merekrut, tetapi juga akan mulai merampingkan struktur untuk mengurangi biaya.
Accenture juga merevisi proyeksi pertumbuhan pendapatan 2023 dari 8-11 persen menjadi antara 8-10 persen.
Saham Accenture naik 3,9 persen ke harga US$263 di awal perdagangan usai pengumuman PHK. Sebelumnya, harga sahamnya terus merosot lebih dari 5 persen dalam 12 bulan terakhir.
Saingan Accenture juga mencoba memangkas biaya mereka. Raksasa konsultan KPMG mengumumkan akan mem-PHK 2 persen tenaga kerjanya di AS demi mengantisipasi berkurangnya permintaan klien.
Selain itu, ada McKinsey juga dapat memangkas sebanyak 2.000 staf non-konsultan pada bulan lalu.
Ribuan pekerja di industri teknologi memang diterjang badai PHK dalam beberapa bulan terakhir. Pengurangan karyawan ini dipicu suku bunga yang tinggi, kekhawatiran inflasi dan resesi sehingga menyebabkan berkurangnya belanja iklan dan konsumen.
Pekan lalu, induk Facebook, Meta, juga mengumumkan rencana PHK terhadap 10 ribu pekerjanya. Secara keseluruhan, pemotongan tersebut akan mengurangi jumlah karyawan Meta sekitar 25 persen.
Dapatkan warta harian terbaru lainya dengan mengikuti portal berita Djawanews dan akun Instagram Djawanews.