Djawanews.com – Autograph Tower, gedung pencakar langit tertinggi di Indonesia yang merupakan bagian dari kompleks pengembangan mixed use Thamrin Nine akan segera rampung. Dengan ketinggian mencapai 382,9 meter, Autograph Tower mencakup beragam fungsi, mulai dari apartemen sampai perkantoran.
Dengan ketinggian tersebut, Autograph Tower mengalahkan pemegang rekor gedung tertinggi eksisting yang sudah beroperasi, yakni Gama Tower milik Gama Land.
Selain itu lokasi Thamrin Nine sangat strategis yakni berada di jantung kota Jakarta dan dikelilingi pusat transportasi publik, seperti halte Transjakarta, yang terkoneksi langsung ke MRT, dan Commuter Line. Dengan fasilitas yang lengkap pembangunan mixed use Thamrin Nine ini menelan investasi senilai Rp 7 triliun.
Thamrin Nine merupakan milik PT Putra Gaya Wahana (PGW), sebuah perusahaan yang bergerak di sektor properti. Mulai didirikan pada tahun 1993, PGW dikenal karena gedung jangkungnya yang paling khas menghiasi cakrawala koridor Thamrin, Gedung UOB.
Setelah sukses dengan Gedung UOB, PGW, memutuskan untuk mengubah wajah Jakarta dengan mengembangkan Thamrin Nine.
Namun siapa yang sangka, ternyata jauh sebelum menorehkan rekam jejak di sektor properti, PGW memiliki bisnis inti berupa industri tekstil. Namun bisnis ini mengalami perlambatan sejak 2009 dan akhirnya tidak bisa dipertahankan. Di sinilah titik balik PGW mencoba peruntungannya di industri properti.
Alasan bertransformasi ke industri properti karena industri ini sangat menjanjikan, terutama di Jakarta.
"Tekstil sudah redup (sunset), sementara properti tengah tumbuh dengan prospek yang sangat menjanjikan (sunrise). Terlebih untuk properti kelas atas. Pemainnya sedikit, pasokan terbatas, tetapi permintaan tinggi," ungkap Alvin Gozali, sosok penting di balik transformasi PGW, dikutip Djawanews dari Kompas.com.