Djawanews.com – Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan mencegah kenaikan harga konsumen (inflasi) merupakan prioritas utamanya saat ini. Bahkan ia menyebut Gedung Putih dapat menurunkan beberapa tarif terhadap impor China untuk membantu mengendalikan kenaikan harga konsumen atau inflasi di AS.
Gedung Putih, kata Biden, sedang meninjau hukuman kepada China oleh mantan Presiden Donald Trump dan dapat memilih untuk menghapusnya.
"Kami sedang melihat apa yang akan memiliki dampak paling positif," kata Biden, dikutip dari CNBC Indonesia, Rabu 11 Mei.
Sebelumnya, Trump menaikkan harga untuk segala hal mulai dari popok hingga pakaian dan furnitur kepada China, sehingga muncul perang dagang yang berlangsung lama dengan Beijing untuk meningkatkan barang-barang buatan Amerika.
Namun, sejauh mana menghapus pajak Trump atas produk-produk China akan mendinginkan inflasi adalah masalah perdebatan di antara para ekonom. Meski begitu banyak yang mengatakan pelonggaran atau penghapusan tarif sama sekali adalah di antara sedikit opsi yang tersedia bagi Gedung Putih untuk meringankan biaya.
Biden juga menegaskan kembali bahwa kombinasi protokol COVID-19 di dalam dan luar negeri dan serangan Presiden Rusia Vladimir Putin ke Ukraina telah menyebabkan harga di AS melonjak dengan kecepatan tercepat sejak awal 1980-an.
"Saya ingin setiap orang Amerika tahu bahwa saya menangani inflasi dengan sangat serius," kata Biden. "Penyebab pertama inflasi adalah pandemi sekali dalam satu abad. Tidak hanya mematikan ekonomi global kita, itu membuat rantai pasokan dan permintaan benar-benar rusak."
"Dan tahun ini kami memiliki penyebab kedua: perangPutin di Ukraina," tambahnya, mengacu pada kenaikan dramatis harga minyak yang dipicu oleh serangan Moskow pada awal Februari 2022.
Presiden mencatat bahwa perang juga telah mendorong harga kontrak untuk produk makanan utama seperti gandum dan jagung, yang masing-masing naik 40% dan 30%, pada 2022. Rusia dan Ukraina merupakan negara pemasok lebih dari seperempat kebutuhan gandum dunia.
Sementara itu, sejumlah pakar ekonomi menyebut kombinasi pandemi, terutama upaya China atas Covid baru-baru ini dan perang Rusia di Ukraina menjadi penyebab kenaikan inflasi 8,5% selama tahun lalu hingga Maret, angka tertinggi sejak 1981.
Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones memperkirakan bahwa laporan menunjukkan inflasi naik 8,1% dalam 12 bulan yang berakhir pada April lalu.