Harga komoditas diperkirakan mengalami penurunan. Untuk mengatasi hal tersebut, langkah antisipasi akan diambil oleh Pemerintah.
Untuk mengantisipasi dampak penurunan harga komoditas di pasar global, pemerintah melakukan langkah antisipasi. Langkah tersebut dilakukan agar neraca perdagangan RI tidak mengalami penurunan pula. Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso, menyampaikan langkah antisipasi yang diambil.
Dilansir dari Tempo, Susiwijono mengatakan, salah satu langkah pemerintah adalah mempercepat transformasi biodiesel dari B20 menuju B30. Langkah ini dilakukan agar kelebihan produksi minyak sawit mentah (CPO) dan turunannya yang dihasilkan Indonesia mampu diserap pasar dunia.
Langkah Antisipasi Penurunan Harga Komoditas dengan Negosiasi Dagang
Rencananya, India akan mengalihkan penyerapan CPO dari Malaysia menuju Indonesia. Kesempatan ini bisa dimanfaatkan Indonesia untuk mendongkrak kinerja kinerja ekspor. Untuk itu, kata Susiwijono, Pemerintah segera melakukan negosiasi dagang dengan India.
“Sehingga pasar ekspor minyak sawit India selama ini dapat diisi oleh produksi Indonesia,” kata Susiwijono yang diambil dari tempo.co, Rabu (16/10/2019).
Kontribusi ekspor non Migas dari bahan bakar mineral dan lemak minyak hewani dan nabati tercatat oleh BPS mengalami penurunan tajam. Penurunan ekspor di sektor tersebut yakni 8,78 persen dan 18,76 persen.
Padahal, keduanya memiliki kontribusi terbesar terhadap ekspor, yaitu 14,6 persen dan 10,41 persen. Penurunan tentu berimbas pada nilai ekspor total pada bulan September, yang sebelumnya tercatat sebesar US$ 14,28 miliar menjadi US$ 14,1 miliar. Neraca dagang juga masih defisit sepanjang bulan Januari hingga September 2019, yakni sebesar US$ 1,95 miliar.
Susiwijono juga mengatakan, pemerintah akan berusaha mempercepat hilirisasi industri domestik sebagai substitusi impor. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah komoditas dan mengurangi ketergantungan pada impor bahan baku dasar.
Oleh karena itu, pemerintah akan memudahkan peraturan kemudahan berusaha. Dengan adanya perubahan tersebut, investor bisa masuk ke Indonesia sekaligus menjadi pintu masuk relokasi industri pemain global.
Direktur Eksekutif Komunikasi BI, Onny Widjanarko, juga menjelaskan bahwa penurunan nilai ekspor CPO dan batubara justru disebabkan karena penurunan harga. Di sisi lain, volume CPO dan batubara masih menunjukkan pertumbuhan yang baik.
CPO mengalami kenaikan sebesar 2,1 persen sedangkan batubara mengalami kenaikan sebesar 8,2 persen pada periode Januari-September 2019. Meski mengalami kenaikan pertumbuhan volume, Onny menyebutkan defisit neraca perdagangan periode ini lebih kecil, yaitu US$ 1,95 miliar dari US$ 3,82 miliar.
Untuk mengantisipasi penurunan harga komoditas dan dampak buruk lainnya, BI melakukan beberapa langkah antisipasi. Mereka memperkuat sinergi kebijakan untuk meningkatkan ketahanan eksternal, termasuk prospek kinerja neraca perdagangan. BI juga akan menguatkan kinerja industri manufaktur, memperbaiki iklim investasi, hingga memberikan dukungan promosi perdagangan industri manufaktur.