Djawanews.com - Kemegahan Bendungan Asahan tak lekang oleh waktu meski kini berstatus bendungan paling tua di Indonesia. Bahkan kemegahannya terekam di uang kertas Rp100 rupiah yang dirilis Bank Indonesia tahun 1984.
Meskipun uang kertas itu sudah ditarik dari peredaran sejak 1995, Bendungan Tangga hingga kini berdiri kokoh sebagai bagian dari fasilitas Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
Bendungan dan PLTA Tangga merupakan salah satu fasilitas penting untuk memasok energi listrik bagi pabrik peleburan aluminium milik Inalum di Kabupaten Kuala Tanjung.
Stasiun Pembangkit Tangga memiliki 4 unit generator dengan total kapasitas sebesar 317 MW. Bendungan ini memiliki tinggi 82 meter dengan debit air normal sebesar 111,9 meter kubik per detik. Bangunan yang terbuat dari beton ini memiliki bentuk cekung yang disebut busur. Karenanya bendungan Tangga merupakan bendungan tipe busur pertama di Indonesia.
Selain Tangga, Inalum juga mengelola bendungan dan PLTA Sigura-gura serta satu bendungan pengatur, seperti dikutip dari laman resmi Kementerian BUMN.
Bendungan Sigura-gura berjarak sekitar 4,9 km dari Tangga. PLTA Sigura-gura dibangun sejak 1978 dan mulai beroperasi pada 1981. Bendungan ini memiliki tinggi sekitar 43 meter dengan kapasitas debit air normal hingga 105,4 meter kubik per detik.
Seperti Tangga, Bendungan Sigura-gura berfungsi memberikan sumber air untuk menggerakkan stasiun pembangkit. Bedanya, pembangkit Sigura-gura berada di kedalaman 200 m dan merupakan PLTA bawah tanah pertama di Indonesia.
Di sana terdapat 4 lantai bawah tanah yang dilengkapi 4 unit generator dengan total kapasitas listrik tetap yang mampu dihasilkan sebesar 286 MW.
Sedangkan bendungan Pengatur berjarak 8,8 km dari bendungan Sigura-gura dan 14,5 km dari Danau Toba. Bendungan Pengatur berfungsi untuk mengatur permukaan air Danau Toba dan menjaga kestabilan air yang keluar menuju Sungai Asahan untuk mensuplai air ke stasiun pembangkit. Tipe bendungan ini adalah beton massa dengan ketinggian 39 meter.
Dari dua PLTA dan tiga bendungan tersebut, Inalum mampu menghasilkan kapasitas maksimum listrik sebesar 603 MW. Tenaga listrik yang dihasilkan PLTA disalurkan melalui 271 menara jaringan transmisi sepanjang 120 km dengan tegangan 275 KV ke pabrik peleburan aluminium di Kabupaten Kuala Tanjung.
Pada gardu induk Kuala Tanjung, tegangan listrik didistribusikan ke fasilitas tungku reduksi yang terdiri dari 3 jalur tungku reduksi dan fasilitas penunjang lainnya untuk mendukung total kapasitas produksi aluminium sebesar 250 ribu ton pertahun yang terdiri dari Aluminium Ingot, Billet dan Foundry Alloy.
Secara geografis, fasilitas pembangkit Inalum berada di daerah perbukitan dan pegunungan dengan ketinggian sekitar 500 mdpl. Berjarak sekitar 28 km dari Danau Toba, perjalanan menuju fasilitas PLTA Inalum di Paritohan, Kabupaten Asahan bisa ditempuh sekitar 90 menit menggunakan kendaraan roda empat.
Selama perjalanan, terlihat tutupan pohon sebagai bagian dari landskap keanekaragaman hayati di wilayah sekitar fasilitas pembangkit.
Inalum sebagai bagian dari BUMN Holding Industri Pertambangan - MIND ID berkomitmen terhadap kondisi keanekaragaman hayati disekitar wilayah operasional.
Sejak tahun 2015 hingga 2021 Inalum telah melakukan penghijauan sekitar 1.000 hektar lahan di sekitar Danau Toba. Terlebih Danau Toba merupakan destinasi wisata kelas satu dan masuk prioritas utama pembenahan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif nasional.
Direktur Pelaksana Inalum, Sophia I. Watimena mengatakan bahwa sebagai BUMN yang beroperasi di dekat Danau Toba, Inalum sangat peduli dengan kelestarian Danau Toba. Perusahaan berkontribusi dalam usaha untuk penghijauan di sekitar Danau Toba, khususnya di Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau toba.
“Sudah dilakukan penghijauan terhadap sekitar 1.000 hektar lahan di sekitar Danau Toba dengan menanam sekitar 500.000 pohon di tujuh Kabupaten sekitar Danau Toba,” tutur Sophia.