Djawanews.com – Indonesia merupakan salah satu negara penghasil komoditas minyak sawit terbesar di dunia. Namun kini banyak negara di Eropa yang melakukan biokot melalui penggunaan lapel pada berbagai produknya. Hal tersebut bukan tidak mungkin membuat produksi kelapa sawit Indonesia anjlog.
Saat ini banyak negara anggota Dewan Penghasil Minyak Sawit (CPOPC) menyatakan jika ada pihak yang diam-diam menyatakan perang terhadap industri kelapa sawit.
Salah satu usaha memerangi industri kelawa sawit adalah mengeluarkan label “palm oil free” atau bebas minyak sawit yang dikeluarkan oleh pihak-pihak swasta. Hal tersebut dijelaskan oleh Wakil Direktur Eksekutif CPOPC Dupito D Simamora.
"Dalam pandangan kami label palm oil free ini kata lain dari boikot yang bisa berdampak jauh lebih negatif kepada sawit karena mempengaruhi konsumen langsung," jelas Dupito dilansir dari Akurat, (17/9).
Menurut Dupito penggunaan labelisasi tersebut tidak lain adalah strategi pemasaran guna menunjukkan seakan produk minyak nabati selain sawit lebih sehat dan lebih ramah lingkungan.
Selain itu Dupito menjelaskan jika labelisasi tersebut tidak berdasarkan regulasi dan murni dikampanyekan oleh swasta. Bahkan labelisasi tersebut bertentangan dengan ketentuan di Uni Eropa, di mana kampanye negatif sawit kerap berasal.
"Paling tidak ada tiga ketentuan di Uni Eropa yang melarang soal food information, tidak boleh misleading (menyesatkan). Itu memberi batasan yang jelas soal apa yang tidak boleh dicantumkan dalam produk yang dijual di Uni Eropa," terangnya.
Selain industri minyak kelapa sawit di Indonesia, simak perkembangan dunia bisnis dari dalam dan luar negeri selengkapnya hanya di Warta Harian Nasional Djawanews. Selain itu, untuk mendapatkan informasi cepat dan menarik jangan lupa ikuti Instagram @djawanewscom.