PLTA Cikalong dan Lamajan telah berkonstribusi terhadap sistem kelistrikan Jawa-Bali sejak awal kemerdekaan Republik Indonesia.
Kabupaten Bandung memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang telah beroperasi sejak awal kemerdekaan Indonesia. Pembangkit listrik tenaga hidro tersebut adalah PLTA Cikalong yang terletak di Desa Lamajang, Kecamatan Pagelangan.
PLTA ini sudah dibangun sejak era Presiden Soekarno, tepatnya pada tahun 1957 dan beroperasi untuk pertama kalinya pada tahun 1961.
Selain PLTA Cikalong, ada tiga PLTA lain yang berada Pagelangan yakni PLTA Lamajan dan PLTA Plengan.
Fakta menarik PLTA Lamajan dan PLTA Cikalong
Dari segi operasionalnya, ketiga PLTA ini memanfaatkan aliran Sungai Cisangkuy serta anak-anak sungai di sekitarnya.
Agar pasokan air tetap terjaga, Pemerintah Hindia Belanda membuat dua Waduk di Kecamatan Pangelengan yaitu Waduk Situ Cileunca dan Waduk Cipanunjang dengan kapasitas total penampungan air mencapai 30 juta meter kubik. Kedua waduk tersebut dibangun pada tahun masing-masing 1922 dan 1930.
Ada beberapa hal yang menarik dari PLTA Lamajan. Misalnya saja soal perbaikan PLTA yang baru dilakukan sekali yakni pada tahun 1933 sejak pertama kali dibangun pada 1924.
Hal unik lain yang menjadi ciri Khas dari PLTA Lamajan adalah adanya fasilitas lori yang sampai saat ini masih bisa beroperasi serta dapat dimanfaatkan untuk melihat mesin pembangkit dan turbin yang terletak di bagian bawah dengan medan yang terjal.
Lori tersebut juga sangat istimewa. Bentuknya seperti delman mini dengan warna oranye terang. Untuk pengoperasiannya, lori ini harus ditarik dengan tali baja. Meskipun body-nya kecil namun lori ini mampu membawa beban hingga 2 ton.
Kini, PLTA Lamajan telah berubah menjadi lebih modern. Meskipun begitu, mesin yang dioperasikan masihlah mesin tinggalan Belanda. Hanya saja beberapa tuas manual diubah menjadi tombol agar pengoperasian mesin semakin mudah.
Adapun PLTA Cikalong juga memiliki hal yang tak kalah menarik ketimbang PLTA Lamajan. Yakni keberadaan sebongkah batu yang terletak di tengah-tengah kolam tando alias reservoir.
Konon, batu itu sudah ada disana sejak sebelum PLTA Cikalong didirikan. Batu tersebut juga terkenal sangat mistis karena tidak bisa dipindahkan ataupun dihancurkan.
Berdasarkan cerita dari msayarakat setempat, batu tersebut pada awalnya berada di area makam yang angker sebelum ahkirnya berubah menjadi kolam.
Sebagai informasi, PLTA Lamajan dan PLTA Cikalong masuk dalam sub Unit Pembangkit Saguling yang dikelola oleh Indonesia Power selaku anak usaha dari PT Perusahaan Listrik Negara.
PLTA Lamajan mampu menghasilkan daya sebesar 19,56 megawatt (MW). Sementara itu, PLTA Cikalong memiliki daya 19,20 MW. Kedua PLTA ini turut berkontribusi terhadap sistem kelistrikan Jawa-Bali.